Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Tendi Mahadi
"Harga minyak yang jatuh mempengaruhi pasar saham dan obligasi juga jatuh sehingga dampaknya merembet ke emiten berbasis komoditas serta komoditas itu sendiri," kata Ibrahim.
Sementara, Ady Pangestus Analis HFX Berjangka mengatakan saat ini pelaku pasar memang terlihat khawatir karena distribusi barang dan jasa terganggu. Akibatnya, pasokan komoditas berlebih karena sikap khawatir pelaku pasar yang akhirnya membuat harga komoditas rontok.
Baca Juga: Bank ikut menakar imbas penurunan harga minyak
Kunci dari kenaikan harga komoditas saat ini menurut Ibrahim adalah kembali pulihnya harga minyak dan virus korona yang mereda. Hingga pekan depan Ibrahim memproyeksikan harga minyak berada di rentang US$ 26,80 per barel-US$ 34,20 per barel. Sementara di akhir tahun harga minyak berpotensi capai US$ 40 per barel.
Senada, Ady juga mengaatakan prospek harga komoditas ke depan bergantung pada perkembangan virus korona dan kaitannya terhadap aktivitas rantai distribusi.
Namun, di satu sisi, Ady melihat saat ini komoditas aset safe haven seperti emas dan perak harganya sudah menguat cukup tinggi. Ady memproyeksikan kenaikan harga komoditas safe haven memungkinkan pelaku pasar untuk merealisasikan keuntungannya dan beralih mengoleksi komoditas dengan harga yang sedang murah seperti minyak dan gas alam.
Baca Juga: Ditekan corona, Sri Mulyani akui APBN terancam defisit 2,5%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News