Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinergi PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) yang mulai terasa membawa sentimen positif bagi prospek SMGR di tahun ini.
Hingga kuartal III-2019, memang kinerja SMGR belum semulus aspal. Perolehan pendapatan berhasil naik 31,15% secara tahunan menjadi Rp 28,12 triliun. Namun, laba bersih masih tercatat turun 38,28% secara tahunan ke Rp 1,29 triliun.
Meski begitu, Joko Sogie, Research Analyst Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia optimistis kinerja SMGR akan lebih baik di tahun ini.
Baca Juga: Begini strategi Semen Indonesia (SMGR) hadapi oversupply di tahun depan
Dalam risetnya, Joko mengatakan margin SMGR di tahun ini berpotensi naik karena berhasil menghemat sekitar Rp 650 miliar yang tadinya diperlukan untuk membayar royalti pada merek Holcim.
Hal tersebut bisa dilakukan karena sejak September lalu, SMCB resmi mengganti merek semen Holcim menjadi Dynamix. Penggantian merek tersebut tentunya dilakukan setelah SMGR mengakuisisi SMCB.
Sinergi penuh setelah SMGR mengakuisisi SMBC Joko proyeskikan bisa menambah pendapatan SMGR di sepanjang tahun lalu melonjak ke Rp 40 triliun. Sebagai perbandingan, proyeksi pendapatan SMGR sebelum bergabung dengan Holcim hanya sekitar Rp 25 triliun hingga Rp 30 triliun.
Senada, Paulina Margareta Analis Sinarmas Sekuritas memproyeksikan sinergi tersebut bisa menciptakan efisiensi pengeluaran di bidang logistik. Sehingga, Paulina pun optimistis hal ini bisa memberikan keuntungan bagi kinerja SMGR.
Baca Juga: Solusi Bangun Indonesia (SMCB) yakin permintaan semen tahun depan akan membaik
Selain itu, kinerja keuangan SMGR juga akan tersokong dari penghematan beban bunga utang. Joko mencatat utang SMGR senilai Rp 33 triliun telah berhasil dibiayai kembali (refinancing) di pertengahan tahun lalu.
"Dua per tiga dari pinjaman tersebut memiliki tingkat bunga mengambang sehingga SMGR bisa menikmati penghematan biaya bunga selama tren suku bunga rendah masih berlanjut," kata Joko.
Volume permintaan
Mimi Halimin Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengatakan di sepanjang tahun lalu konsumsi semen cenderung melamban.
"Sikap wait and see yang terjadi dibanyak investor terefleksi pada melemahnya permintaan semen di tahun lalu," kata Mimi dalam riset.
Untuk tahun ini, Mimi mash belum melihat adanya katalis positif yang bisa mendorong permintaan semen jadi meningkat signifikan.
Mimi meyakini, proyek infrastruktur masih menjadi pendorong pertumbuhan permintaan semen di tahun ini. Namun, sektor properti masih belum cukup kuat untuk mendorong permintaan semen.
Baca Juga: Performa Saham Semen Masih Tertahan Kelebihan Pasokan
Alhasil, Mimi memproyeksikan penjualan semen domestik SMGR naik moderat 2% secara tahunan di akhir tahun ini. Meski begitu, bisnis SMGR yang lain seperti salah satunya ready-mix concrete (RMC) bisa mendorong perolehan pendapatan SMGR naik.
Sementara, Paulina mengatakan karena di tahun lalu konsumsi semen melamban, maka di 2020 ia berharap volume permintaan semen akan pulih di tahun ini.
"Overall sektor semen harusnya sudah recovery, kompetisi sektor ini juga lebih sehat karena harga semen sejak 2018 sudah naik secara bertahap," kata Paulina, Rabu (8/1).
Namun, Paulina mengkhawarikan kenaikan harga minyak dan batubara bisa membuat margin SMGR tertekan di tahun ini. Meski begitu, secara keseluruhan, Paulina masih memandang positif SMGR dan merekomendasikan buy di Rp 15.400 per saham.
Baca Juga: Masih dibayangi oversupply, simak rekomendasi saham untuk emiten semen
Sementara, Mimi mengutip keterangan 'World Bank's commodity markets outlook' per Oktober lalu, mengatakan bahwa harga batubara cenderung turun karena pelemahan ekonomi global.
Dus, Mimi memproyeksikan rendahnya harga batubara bisa mendukung keuntungan SMGR di tahun ini.
Mimi memproyeksikan pendapatan SMGR di 2020 meningkat ke Rp 42,31 triliun dengan laba bersih yang juga tumbuh ke Rp 2,82 triliun. Mimi merekomendasikan buy di target harga Rp 14.500 per saham. Kompak, Joko juga merekomendasikan buy di target harga Rp 17.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News