kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

DPR sebut IPO Mitratel (MTEL) sepi peminat, benarkah?


Rabu, 10 November 2021 / 19:31 WIB
DPR sebut IPO Mitratel (MTEL) sepi peminat, benarkah?
ILUSTRASI. DPR sebut IPO PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) kurang angin kencang alias sepi peminat, benarkah?


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyebut pelaksanaan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM): PT Dayamitra Telekomunikasi alias Mitratel (MTEL) sepi minat.

Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Golongan Karya Nusron Wahid menyebut, IPO MTEL seperti kurang angin kencang, padahal sektor telekomunikasi sudah dicoret dalam daftar negatif investasi alias DNI.  

“Ini mestinya bisa menjadi sentimen positif, tetapi faktanya menurut dia belum seperti yang diharapkan. Problem di market saat ini soal valuasi, IPO Mitratel ini tidak seperti angin kencang seperti harapan semula padahal sektor telekomunikasi sudah mendapatkan angin segar, kenapa (tidak ramai)?" kata Nusron dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (10/11).

Baca Juga: Dirut TLKM Ririek: Hasil IPO Mitratel (MTEL) akan perkuat modal bisnis menara

Catatan KONTAN, aturan yang dimaksud adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal yang dikeluarkan pada 2 Februari 2021. 

Beleid ini merupakan instrumen pelaksanaan ketentuan Pasal 77 dan Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Dengan dikeluarkannya sektor telekomunikasi dari DNI, maka para investor asing dapat melakukan penyertaan langsung alias foreign direct investor (FDI) ke sektor ini.

Bahkan, dalam beleid terbaru ini banyak sektor usaha di bidang telekomunikasi yang tadinya ada pembatasan kepemilikan asing menjadi terbuka, salah satunya adalah sektor menara telekomunikasi.

Nusron menyebut, valuasi harga IPO Rp 775-975 per saham mencerminkan valuasi Mitratel dengan proyeksi enterprise value/laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EV/EBITDA  sebesar 12 kali-13 kali. Kata Nusron, valuasi ini lebih rendah dibanding dengan perusahaan telekomunikasi lain yang melakukan akuisisi aset menara seperti Digital Colony. 

Baca Juga: Mitratel menargetkan dana segar melalui IPO maksimum US$ 1,68 miliar

Gambaran Nusron, PT Indosat Tbk (ISAT) menjual 4.200 menara kepada Digital Colony dengan harha US$ 700 juta atau sekitar Rp 10,8 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.400 per US$. Menurut Nusron, aksi oleh akuisisi Digital Colony hingga 20 kali. Nusron juga menyebut, dua bulan, Protelindo umumkan akuisisi menara 12 kali EBITDA. 

“Kenapa Mitratel dengan BUMN dengan 12x-13x EBITDA, meski masih tunggu 22 November, kok tidak dapat sambutan meriah dari investor, apa valuasi kegedean atau ada pertimbangan lain?" tanya  Nusron.

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Aria Bima juga minta perusahaan mencermati kembali harga penawaran saham yang ditawarkan ke pasar.

"Nominal saham yang ditawarkan monggo dicermati kembali bagaimana penyerapan penawaran ini akan lebih menarik dengan target yang tetap sama. Dan bagaimana harus mengkaji lebih cermat kembali tentang harga yang ditawarkan ke publik, jangan sampai harga itu menjadi sesuatu yang tidak marketable," kata dia di kesempatan yang sama.

Mitratel saat ini sedang menunggu pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bisa didapatkan pada 12 November. Adapun targetnya, penawaran umum akan dilakukan pada16 November-18 November mendatang

Yang pasti, saham MTEL ditawarkan dengan harga Rp 775-Rp 975 per saham dengan jumlah yang ditawarkan sebanyak-banyak 25.540.000.000 saham atau setara dengan 29,85%.

Dengan melepas 25.540.000.000 saham atau sebanyak-banyaknya 29,85% dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan setelah penawaran umum, maka perusahaan akan mendapatkan dana senilai Rp 20,43 triliun.

Sumber KONTAN yang dekat dengan proses IPO menyebut, antusiasme investor saat proses bookbuilding terbilang tinggi, bahkan melebihi size yang ditetapkan. “Investor institusi antusias soal IPO MTEL, tunggu saja hasilnya nanti,” ujar dia. 

Pembentukan harga IPO, kata dia, sudah mempertimbangkan valuasi bisnis sejenis yang ditekuni emiten lain. 

Jika merujuk keterangan Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo sebelumnya, tiga pengelola dana investasi negara yakni Indonesia Abu Dhabi Investment Authority & GIC Singapore, serta Indonesia Investment Authority (INA) ambil bagian di IPO tersebut. Nilainya sekitar US$ 500-US$ 800 juta.

Bisa jadi dengan mengambil porsi separo dari target IPO MTEL, lembaga pengelola dana ini menjadi penentu harga IPO MTEL yang dikabarkan Rp 800 per saham ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×