Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek yang pembayarannya dilakukan setelah pembangunan selesai, atau istilah kerennya proyek turn key, menjadi harapan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mengeruk cuan tahun ini. Emiten pelat merah ini juga fokus menggarap sektor konstruksi. Kondisi ini akan memperkuat kondisi kas perusahaan yang sempat tertekan.
Manajemen WKST optimistis, bakal ada dana sebanyak Rp 30 triliun yang masuk kantong perusahaan. Dana ini berasal dari pembayaran sejumlah proyek yang sudah selesai dikerjakan.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, saat ini bisnis utama WSKT adalah pengembangan jalan tol dan proyek turn key. Posisi WSKT di kedua bisnis tersebut relatif kuat dibandingkan emiten konstruksi lainnya.
Di bisnis jalan tol, WSKT fokus pada pembangunan jalan, bukan pengelolaannya. "Jadi WKST tidak menanggung beban operasional, seperti pemeliharaan jalan, pengadaan lampu, tapi hanya fokus beban operasional konstruksi selama proyek berlangsung," kata Reza, Rabu (23/1).
Langkah ini sejalan dengan fokus pemerintah yang masih giat membangun infrastruktur, khususnya pembangunan jalan tol. Peluang WSKT memperoleh proyek baru juga masih besar. Ini akan positif bagi kinerja perusahaat BUMN ini.
Analis Mega Capital Danny Eugene sepakat, kinerja WSKT tahun ini bakal mentereng. Ia memperkirakan cashflow emiten konstruksi ini di akhir 2018 bisa mencapai
Rp 15,1 triliun.
Hal tersebut tak mustahil bagi WSKT, mengingat perusahaan BUMN ini memiliki beberapa proyek besar. Dalam riset yang dirilis 19 Januari lalu, Danny menulis ada lima proyek besar yang akan menopang bisnis WSKT.
Di antaranya adalah proyek jalan tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung yang berada di Pulau Sumatra. Proyek ini memakan investasi mencapai Rp 13,1 triliun. Ada juga jalan tol Jakarta-Cikampek Elevated yang investasinya bernilai Rp 6,2 triliun.
WSKT juga menargetkan perolehan dana minimal Rp 4 triliun dari penjualan 18 ruas tol yang dimiliki saat ini. "Semua sumber pembiayaan ini akan membuat cash flow positif," tulis Danny di risetnya.
Arus kas positif
Serupa, Nico Laurens, Analis Panin Sekuritas, menjelaskan, divestasi jalan tol WSKT dan arus kas dari proyek turn key bakal meningkatkan arus kas operasi perusahaan ini. Arus kas operasi WSKT sempat negatif Rp 9,5 triliun di sembilan bulan pertama 2017.
"Kami mengestimasi kontrak baru sebesar Rp 65 triliun, naik 18,2% yoy sehingga total order book mencapai Rp 160 triliun atau 3,2 kali dari pendapatan," papar Nico dalam riset yang ia terbitkan 19 Januari lalu.
Tambah lagi, ia memperkirakan Waskita Karya bisa mencetak pendapatan sebesar Rp 52,30 triliun di 2018. Tahun depan, pendapatan bisa meningkat jadi Rp 61,05 triliun.
Sedangkan laba bersih emiten ini diperkirakan mencapai Rp 4,35 triliun tahun ini. Di 2019 mendatang, laba bersih mencapai Rp 5,30 triliun.
Walaupun memiliki proyeksi positif, namun saat ini WSKT diperdagangkan pada PER 2018 sebesar 8,3 kali. Jadi harga WSKT masih diskon sekitar 20,2% dibandingkan emiten sejenis, seperti PTPP, WIKA dan ADHI. Namun diskon valuasi itu tidak menunjukkan performa buruk WSKT, karena Nico optimistis arus kas bakal terus lancar.
Karena itu, Niko merekomendasikan beli saham WSKT dengan target harga Rp 3.000 per saham. Danny bahkan memberikan rekomendasi strong buy dengan target harga di Rp 4.870 per saham. Reza juga merekomendasikan beli dengan target Rp 3.250 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News