kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.901.000   -7.000   -0,37%
  • USD/IDR 16.261   59,00   0,36%
  • IDX 6.863   -1,83   -0,03%
  • KOMPAS100 997   -1,64   -0,16%
  • LQ45 763   -0,91   -0,12%
  • ISSI 225   -0,43   -0,19%
  • IDX30 393   -0,56   -0,14%
  • IDXHIDIV20 454   -1,34   -0,29%
  • IDX80 112   -0,27   -0,24%
  • IDXV30 113   -0,60   -0,52%
  • IDXQ30 127   -0,21   -0,16%

Dominasi Saham Perbankan Memudar, Kini Jajaran Emiten Big Caps Lebih Bervariasi


Minggu, 06 Juli 2025 / 19:26 WIB
Dominasi Saham Perbankan Memudar, Kini Jajaran Emiten Big Caps Lebih Bervariasi
ILUSTRASI. Suasana di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (2/7/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (02/07/2025). Jajaran 10 besar emiten dengan kapitalisasi pasar atau market cap kini mulai terdiversifikasi dari berbagai sektor.


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jajaran 10 besar emiten dengan kapitalisasi pasar atau market cap kini mulai terdiversifikasi dari berbagai sektor. Selain saham perbankan, saham komoditas hingga petrokimia mulai mewarnai klasemen. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Jumat (4/6), saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih kokoh menduduki puncak klasemen sebagai emiten dengan market cap terbesar. 

Kapitalisasi pasar emiten berlogo bunga cengkeh itu menembus Rp 1.056 triliun pada akhir perdagangan Jumat (4/6). Jumlah itu setara dengan 8,75% dari total kapitalisasi pasar di BEI. 

Baca Juga: Peta Persaingan Emiten Big Caps Bergeser, Cermati Saham-Saham Pilihan Analis

Kemudian di urutan kedua dan ketiga diduduki oleh saham emiten milik taipan Prajogo Pangestu, yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). 

Market cap TPIA mencapai Rp 848 triliun atau setara dengan 7,02% dari total kapitalisasi pasar di BEI. Sementara itu, market cap BREN sebesar Rp 763 triliun, yang setara dengan 6,32%. 

Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berada di posisi enam dan tujuh dengan masing-masing market cap senilai Rp 551 triliun dan Rp 438 triliun. 

 

Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menambahkan saham perbankan di jajaran top movers IHSG saat ini memang mulai terlihat mengecil, meskipun BBCA, BBRI dan BMRI masih menjadi pemain utama. 

Baca Juga: Saham Bank Big Caps Masih Turun, Net Sell Berlanjut dan Belum Ada Sentimen Positif

“Pergerakan sektor perbankan cenderung mulai terbatas di akhir semester I-2025, apalagi di tengah penyesuaian margin bunga bersih dan normalisasi pertumbuhan kredit,” katanya kepada Kontan akhir pekan lalu.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menyampaikan idealnya saham-saham big caps diisi oleh saham-saham dari sektor yang terdiversifikasi. 

“Kalau big caps diisi oleh saham dari masing-masing sektor yang ada, ini akan lebih mampu memberikan kestabilan bagi IHSG,” ucap Nico. 

Nico menilai sebaiknya pergerakan bursa atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tidak hanya dipengaruhi oleh satu sektor. Menurutnya, potensi rotasi sektor di jajaran big caps sangat terbuka.

Baca Juga: Kinerja Saham-Saham Lapis Kedua Masih Bisa Mempesona

Dia mencontohkan pada saat PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham teknologi itu mampu masuk ke jajaran 10 besar. Namun seiring berjalannya waktu, kapitalisasi pasar GOTO menyusut. 

“Tatapi fundamental, valuasi dan prospek suatu sektor akan menentukan seberapa jauh suatu saham akan bertahan. Kalau suatu didukung tiga hal itu, maka harga sahamnya akan naik dan otomatis mendorong market cap,” kata Nico. 

Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Utama mengatakan walaupun porsi saham perbankan sudah mulai berkurang tetapi dominasi BBCA, BBRI, dan BMRI dalam jajaran top 10 market cap IHSG saat ini masih tetap relevan. 

“Ketiganya memang masih menjadi penggerak utama indeks. Namun secara ideal, IHSG sebaiknya lebih terdiversifikasi dan tidak terlalu bergantung pada sektor keuangan saja,” jelasnya. 

Potensi Rotasi Sektor

Di sisi lain, Mifta menilai untuk di paruh kedua ini, potensi rotasi di jajaran 10 teratas ini masih sangat terbuka lebar. Ini tercermin dari keberhasilan TPIA yang merangsek naik ke posisi kedua. 

Menurut dia, kemampuan TPIA menembus jajaran tiga teratas sebagai saham dengan kapitalisasi pasar terbesar menunjukkan bahwa sektor petrokimia, apalagi yang berkaitan dengan hilirisasi sedang menjadi sorotan.

“Namun potensi rotasi sektor di jajaran 10 teratas ini masih tergantung pada performa kinerja keuangan pada masing-masing emiten dan daya tarik sektoral dalam beberapa periode mendatang,” ucap Mifta.

Baca Juga: Tekanan Jual Melanda Saham Big Caps, Cek Rekomendasi dari Analis

Mifta juga menyoroti aksi Initial Public Offering (IPO) anak usaha TPIA, yakni PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA). Menurutnya, ada ekspektasi tinggi dari pasar terhadap CDIA, apalagi perusahaan investasi itu mampu membangun narasi yang kuat. 

Untuk masuk ke jajaran top 10 market cap seperti BREN pasca-IPO, lanjut dia, itu masih akan menjadi perjalanan yang cukup panjang dan itu semua sangat bergantung pada sentimen pasar, likuiditas, dan narasinya ke depan. 

Namun dari jajaran 10 teratas, saham pilihan Mifta jatuh pada saham perbankan yaitu BBRI dengan target harga 12 bulan ke depan di Rp 4.720 dan BMRI di Rp 6.300.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Emiten Big Cap di Tengah Tekanan Aksi Jual

Sementara, Ekky menilai dalam jangka pendek saham TPIA, AMMN, DSSA dan TLKM menarik untuk dicermati dalam jangka pendek.

Selanjutnya: Sinergi Teknologi dan Sektor Usaha Diakselerasi untuk Capai Pertumbuhan 8%

Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok 7-8 Juli, Siaga Hujan Lebat di Provinsi Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×