Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bitcoin kian mendominasi industri aset kripto. Dominasi Bitcoin masih sulit dikalahkan oleh berbagai Alternative Coin (Altcoin).
Berdasarkan chart Bitcoin Dominance, Jumat (15/11) volume bitcoin di keseluruhan pasar saat ini mencapai 59,8% (kecuali stable coin). Ini artinya Bitcoin masih mendominasi pasar, dimana masih banyak uang mengalir deras ke aset kripto tertua tersebut.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mencermati bahwa dominasi bitcoin yang meningkat belakangan ini dilatarbelakangi kombinasi faktor makroekonomi dan sentimen pasar yang tengah positif. Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS menjadi katalis utama, menciptakan euforia pasar pasca-pemilu yang mendorong aliran investasi besar-besaran ke Bitcoin.
Data menunjukkan aliran masuk investasi kripto mencapai US$1,98 miliar selama gelombang pasca-pemilu, mencatatkan total tahun ini sebesar US$ 31,3 miliar, angka yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga: Elon Musk Beri Kejutan! Kembali Mendukung Dogecoin di Tengah Lonjakan Harga Bitcoin
Fyqieh melihat, terdapat beberapa kebijakan pemerintahan Donald Trump yang berpotensi mendorong investor untuk membeli Bitcoin. Salah satunya adalah RUU Cadangan Bitcoin Strategis, yang jika disahkan, akan menetapkan tujuan pemerintah AS untuk mengakumulasi 1 juta Bitcoin, atau sekitar 5% dari total pasokan Bitcoin, dalam lima tahun.
RUU Cadangan Bitcoin tersebut diperkirakan akan menciptakan tekanan beli yang signifikan, meningkatkan nilai Bitcoin, dan mendorong investor untuk mengikuti jejak pemerintah dalam mengakumulasi aset digital tersebut.
Pemilihan pejabat baru di Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC) dan kemungkinan peran regulator ini yang lebih besar dibandingkan dengan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) juga memberikan harapan akan regulasi yang lebih ramah terhadap industri kripto. CFTC dikenal mendukung pengembangan pasar berjangka kripto dan aset digital, yang dapat memberikan keyakinan lebih besar kepada investor.
Fyqieh melanjutkan, faktor lain yang mengerek dominasi Bitcoin adalah pendekatan dovish The Fed sejak September, termasuk prospek pemotongan suku bunga dan inflasi yang terkendali. Sejak perubahan kebijakan ini, Bitcoin telah menarik lebih dari US$9 miliar aliran masuk, yang menjadikannya aset pilihan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Baca Juga: Porsi Asing di Saham Big Caps Menyusut, Simak Rekomendasi Analis
Permintaan institusional juga meningkat, terlihat dari aliran masuk harian ke ETF Bitcoin yang mencatat rekor pada minggu lalu. Optimisme terhadap kebijakan ekonomi Trump semakin memperkuat daya tarik Bitcoin sebagai aset safe haven dan spekulatif.
‘’Lonjakan dominasi Bitcoin menunjukkan pergeseran minat investor dari altcoin ke aset utama yang dianggap lebih stabil dan menjanjikan di tengah lingkungan ekonomi yang bullish,’’ kata Fyqieh saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (15/11).
Chief Executive Officer (CEO) Triv, Gabriel Rey menilai, meningkatnya dominasi bitcoin sejalan pula dengan harga aset tersebut yang meningkat pesat. Bitcoin tembus level tertinggi alias All Time High (ATH) karena kemenangan Trump membawa asa regulasi kripto bakal lebih jelas.
Sebagai contoh, rencana Trump memecat Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS Gery Gensler dipandang bakal memuluskan prospek aset-aset kripto. Hal itu mengingat Gery sering kali banyak menuntut perusahaan kripto dan dianggap menghalangi inovasi yang ada di aset kripto seperti persetujuan ETF Bitcoin yang sebelumnya terus ditunda.
‘’Apalagi, jika Gary Gensler dipecat, maka kasus yang dituntut akan gugur dan sangat positif untuk pasar aset kripto,’’ kata Gabriel kepada Kontan.co.id, Jumat (15/11).
Baca Juga: Ogah Simpan Dolar, Ini 3 Aset yang Lebih Dipilih Orang Kaya Menurut Robert Kiyosaki
Mengutip Coimarketcap, Bitcoin mencapai level tertingginya di US$93.434 pada 12 November 2024 lalu. Jumat (15/11) pukul 17.45 WIB, harga Bitcoin berada di posisi US$89.136, terpantau sudah naik sekitar 110,80% year to date (YtD).
Namun demikian, Gabriel berujar, investor sebaiknya jangan hanya terfokus pada Bitcoin yang prospeknya dipandang sangat menjanjikan. Hal itu karena alternative coin (Altcoin) juga menarik dicermati seperi koin meme dan berbasis Artificial Intelegence (AI).
Berdasarkan data Triv, dalam sepekan terakhir, banyak investor mulai masuk ke altcoin bernuansa meme coin dan AI. Misalnya, The AI Prophecy (ACT) yang harganya sudah naik lebih dari 2.300% dalam sepekan.
‘’Oleh karena itu, trader jangka pendek sangat disarankan untuk melihat spekulan di meme coin dan AI yang minggu ini mengalami kenaikan,’’ imbuh Gabriel.
Baca Juga: 6 Hal yang Dijauhi Warren Buffett Saat Berinvestasi, Cek Alasannya
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menyarankan, sebaiknya investor memang masuk ke altcoin yang harganya lebih terjangkau. Sebab, Bitcoin sudah sangat mahal dan sangat berpotensi harganya bakal jatuh yang telah melampaui level wajarnya.
Ibrahim menuturkan bahwa kenaikan bitcoin belakangan ini sangat dipengaruhi oleh faktor politis karena Trump menang. Sehingga, lebih baik investor menunggu sampai kepastian pelantikan Trump pada awal Januari tahun 2025.
‘’Pemula harus hati-hati mungkin saat naik harganya ini orang-orang pada senyum, tapi barulah nanti kalau harganya jatuh akan banyak masalah. Sehingga, carilah aset kripto yang lebih murah terutama untuk melatih pemula melakukan transaksi di kripto,’’ sebut Ibrahim kepada Kontan.co.id, Jumat (15/11).
Adapun sentimen pasar kripto dapat tergambar dari Crypto Fear & Greed Index. Berdasarkan indeks tersebut, aset kripto sudah berada di level Extreme Greed yang mencerminkan harga kripto naik dengan cepat, sehingga menandakan kondisi jenuh beli.
Baca Juga: Bitcoin Menguntit Google dengan Kapitalisasi Pasar Mendekati US$2 Triliun
Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto menambahkan, sebaiknya aset kripto termasuk bitcoin tidak lebih dari 10% dalam portofolio investor. Sebab, Bitcoin sejauh ini masih berisiko karena belum cukup jelas fundamental dan aset yang mendasarinya.
‘’Bitcoin jadi salah satu aset yang bisa dikatakan sangat berisiko, tapi bukan berati tidak boleh. Artinya kalau masuk portofolio, maka Bitcoin harus diatur dengan benar,’’ tutur Eko kepada Kontan.co.id, Jumat (15/11).
Selain itu, Eko menganjurkan, investor kripto untuk tidak terbawa arus ikut-ikutan saja atau yang dikenal dengan sebutan Fear of Missing Out (FOMO) dengan kenaikan harga aset kripto baru-baru ini. Bitcoin ataupun altcoin sebaiknya cocok diakumulasi untuk barang koleksi saja, dan bukan untuk investasi jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News