Reporter: Dyah Megasari |
JAKARTA. Kepemilikan asing pada obligasi di tanah air cenderung lebih besar. Bahkan dominasi asing pada obligasi di Indonesia mengalahkan negara-negara sekawasan.
Kepala Kantor Asia Development Bank (ADB) untuk Integrasi Ekonomi Regional Iwan Azis menjelaskan saat ini memang asing sedang berminat mencari portofolio investasi di luar negerinya.
"Porsi asing di obligasi tanah air itu mencapai 30%. Padahal kepemilikan asing di Malaysia hanya 20% dan di Filipina hanya 15%," kata Iwan di acara Asia Bond Monitor di Hotel Borobudur Jakarta, Kamis (22/11).
Iwan mengatakan, dominasi asing di obligasi tanah air itu memang memiliki dampak positif maupun negatif. Sisi positifnya, asing mulai percaya diri untuk menaruh investasinya di dalam negeri.
Di sisi lain, porsi kepemilikan domestik di obligasi menjadi semakin rendah. Masalahnya, jika asing langsung hengkang dari tanah air karena melihat imbal hasil (yield) di luar negeri cenderung lebih baik, maka hal tersebut akan menggoyahkan pelaku bisnis di tanah air.
"Pasar domestik yang memegang obligasi ini masih kecil. Kalau asing cabut, maka akan mempengaruhi pelaku bisnis khususnya investor yang memegang obligasi di tanah air," jelasnya.
Solusinya, pemerintah harus memperbesar investor domestik untuk berinvestasi di obligasi. Saat ini, ada tiga jenis obligasi yang ditawarkan yaitu obligasi pemerintah (surat utang negara/SUN), obligasi Bank Indonesia dan obligasi korporasi.
Di Indonesia banyak perusahaan kaya yang belum memanfaatkan untuk menerbitkan obligasi korporasi. Sementara masyarakat juga masih belum mengerti tentang investasi di obligasi korporasi ini. "Ini yang harus dilakukan pemerintah untuk sosialisasi agar kepemilikan domestik di obligasi semakin meningkat," jelasnya. (Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News