kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini dia, primadona baru saham lapis kedua!


Rabu, 21 November 2012 / 14:53 WIB
ILUSTRASI. Pekerja memanen kelapa sawit. KONTAN/BAihaki/17/07/2021


Reporter: Riset Kontan | Editor: Imanuel Alexander

Backdoor listing yang disusul sederet langkah ekspansi berhasil mendorong harga saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA). Apalagi, daya beli publik menopang bisnis AISA di sektor consumer goods. Bintang AISA pun, kini, bersinar terang.

Aksi backdoor listing PT Tiga Pilar Sejahtera lewat perusahaan publik PT Asia Inti Sejahtera Tbk pada 2003 mulai menampakkan hasil. Seiring dengan kinerja yang melejit di atas ekspektasi para analis, harga sahamnya pun terus mendaki (lihat grafi k). Terakhir (14/11), saham emiten yang sejak 24 Oktober 2003 berubah nama jadi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) ini mencapai Rp 940 per saham.

Konsumsi domestik yang masih kuat menjadi penopang kinerja AISA yang berkecimpung di sektor produk-produk konsumsi atau consumer goods. Sejak awal tahun, indeks sektor consumer goods di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah melesat 21,3% ke level 1.590,26 (12/11).

“Pertumbuhan ekonomi kita adalah yang tercepat kedua di dunia setelah China,” ujar Janson Nasrial, analis AM Capital. Selain faktor konsumsi domestik, kinerja Tiga Pilar melejit berkat keberanian produsen bihun dan mi kering ini dalam berekspansi usaha, terutama sejak berganti logo pada 2007 (baca: Harus Cermat Cermat Mengatur Kas dan Utang).

Tahun ini, kinerja Tiga Pilar tetap cemerlang. Selama enam bulan pertama tahun ini, Tiga Pilar membukukan penjualan bersih Rp 1,28 triliun. Angka itu mencerminkan pertumbuhan 72,3% dari periode sama 2011. Adapun laba bersih Tiga Pilar pada periode tersebut melesat 206% menjadi Rp 110,24 miliar.

Direktur Tiga Pilar Sejahtera Sjambiri Lioe optimistis, kinerja cemerlang Tiga Pilar itu masih akan berlanjut. “Tidak jauh dari kinerja kuartal II lalu, sehingga target kami akhir tahun ini bisa tercapai,” ujarnya.

Sayang, Tiga Pilar belum memaparkan kinerja kuartal III tersebut lantaran masih diaudit untuk persiapan penerbitan obligasi tahun depan. Namun, Sjambiri mengklaim, hingga pekan kedua November 2012, 80% target kinerja perusahaan tahun ini sudah tercapai.

Tahun 2012, Tiga Pilar mengejar pendapatan Rp 2,9 triliun–Rp 3 triliun. Adapun, target laba bersihnya Rp 212 miliar. Merujuk target itu, berarti, laba bersih AISA kini sudah tercapai sekitar Rp 169,6 miliar, dan pendapatan berkisar Rp 2,32 triliun–Rp 2,4 triliun.

Lini usaha manufaktur makanan dan beras menjadi motor utama pendapatan Tiga Pilar. Sampai Juni lalu, penjualan beras meningkat 179% menjadi Rp 698 miliar. Adapun omzet manufaktur makanan tumbuh 34% menjadi Rp 619,4 miliar.

Andalkan bisnis beras Menilik kinerja tersebut, tim riset Pemeringkat Efek Indonesia (Pefi ndo) memprediksi, Tiga Pilar mampu meraup pendapatan bersih Rp 3,16 triliun tahun ini. Pefi ndo pun meramal, AISA membukukan rata-rata pertumbuhan pendapatan tahunan atau compound annual growth rate (CAGR) 62% selama periode tahun 2010–2015.

Pefindo memproyeksikan, laba usaha dan laba bersih AISA tahun ini masing-masing mencapai Rp 512 miliar dan Rp 274 mi l iar. “Pertumbuhannya (CAGR) 38% dan 49% untuk periode 2011-2016,” jelas Pefindo. Untuk tahun ini, unit bisnis manufaktur makanan AISA diprediksi membukukan pendapatan Rp 1,53 triliun. Sedangkan unit bisnis beras bakal menyumbang pendapatan Rp 1,66 triliun atau 50% dari proyeksi total pendapatan tahun ini.

Meski baru dirintis 2010, bisnis beras merupakan andalan Tiga Pilar. Kini, emiten ini mengandalkan dua pabrik beras di Karawang, yang berkapasitas produksi 240.000 ton per tahun. Ditambah dua pabrik baru di Sragen dan Cikarang, yang masing-masing berkapasitas 120.000 ton, total kapasitas produksi beras Tiga Pilar menjadi 480.000 ton per tahun.

Adapun untuk bisnis manufaktur makanan, snack Taro menjadi salah satu andalan utama Tiga Pilar. Kelak, Taro diposisikan sebagai makanan sehat. “Kami akan keluarkan varian Taro yang healthy dari sayursayuran dan pemrosesannya melalui pemanggangan,” jelas Sjambiri.

Untuk distribusi lini bisnis TPS Food, perusahaan ini sekarang mengandalkan 90 distributor dan 18 outlet pasar modern di Jawa, Sumatra, Kalimatan, Sulawesi, dan Bali. Untuk wilayah lain, Tiga Pilar menerapkan penjualan terputus yang diterima di pelabuhan Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Tiga Pilar juga melayani pasar luar negeri, melalui institusi ekspor.

Pefindo memprediksi, divisi makanan ringan dan wafer Tiga Pilar akan mencetak pendapatan Rp 320 miliar tahun ini. Pefindo menilai, prospek Tiga Pilar ke depan cukup menjanjikan. Apalagi, prospek sektor consumer goods domestik pun diyakini makin bersinar di masa mendatang berkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang terjaga di atas 6%.

Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan kelas menengah yang agresif akan menjadi penggerak laju konsumsi domestik. Didukung tingkat infl asi moderat dilevel 4%-an dan bunga kredit bank yang makin murah, konsumsi masyarakat punya ruang tumbuh pesat.

Tiga Pilar menangkap peluang itu dengan aksi ekspansi nonorganik. Terakhir, Tiga Pilar mengakuisisi Subafood Pangan Jaya senilai Rp 100 miliar. Subafood adalah produsen bihun berbahan jagung yang memiliki pabrik di Tangerang, Banten.

Subafood saat ini sudah cukup eksis di pasar dengan berbagai produk makanan. Sebut saja produk bihun bermerek Subahoon, lalu mi bertajuk Mi Telur Subamie, juga varian bumbu dapur di bawah kelompok merek Pilihan Bunda.

Sjambiri menjelaskan, akuisisi ini untuk memperkuat bisnis perusahaannya di pasar bihun. “Daripada memulai dari awal, ongkos pembelian mesin dan sebagainya, bisa lebih mahal hitungannya,” jelas dia. Saat ini, Tiga Pilar memiliki beberapa produk bihun, baik bihun kering maupun bihun instan, dengan merek Bihunku.

Dana akuisisi itu bersumber dari sisa laba dan utang. Namun, Sjambiri tidak menyebutkan sumber utang yang digunakan untuk menutup dana akuisisi tersebut. Yang jelas, para analis mengapresiasi langkah akuisisi itu. “Akuisisi objek yang sesuai bisnis inti bisa menjadi katalis kinerja perusahaan ke depan,” kata Janson.

Melihat rencana-rencana bisnis perseroan ini ke depan, Janson tetap merekomendasikan beli saham AISA. Dia memasang target harga Rp 1.000 per saham untuk 12 bulan ke depan. “Sebagai saham consumer goods lapis dua, AISA cukup menjanjikan,” kata dia.

Adapun Pefindo menaikkan target harga AISA ke kisaran Rp 1.160–Rp 1.410 per saham. Apakah Anda juga tertarik mengoleksi primadona baru saham lapis kedua ini?

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 08 - XVII, 2012 SAHAM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×