Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Menurunnya kinerja mata uang Negeri Paman Sam menjadi pendorong bagi harga aluminium.
Mengacu situs investing.com per Rabu (7/9) pukul 14.18 WIB, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) terangkat 0,13% dibandingkan hari sebelumnya ke level US$ 1.590,75 per metrik ton. Sepekan, harga aluminium merosot 1,54%.
Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures menjelaskan, ada beberapa faktor yang menopang kenaikan harga aluminium.
Pertama, melemahnya performa mata uang Negeri Paman Sam. Mengacu Bloomberg per Rabu (7/9) pukul 14.23 WIB, indeks dollar Amerika Serikat (AS) tercatat di level 94,84, mengecil dari posisi pekan lalu yang mencapai 96,02. Hal ini merupakan imbas dari rilis data tenaga kerja AS yang jauh di bawah ekspektasi.
Data sektor tenaga kerja di luar sektor pertanian AS (Nonfarm Payrolls) pada Agustus 2016 bertambah sebesar 151 ribu tenaga kerja, di bawah proyeksi analis yang dipatok 175 ribu tenaga kerja.
Angka tersebut juga lebih rendah ketimbang pertumbuhan pada Juli 2016 yang mencapai 275 ribu tenaga kerja.
"Ini memupus isu kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) pada pertemuan 20 September 2016 - 21 September 2016," tuturnya.
Menurunnya performa dollar AS menjadi sentimen positif bagi aluminium karena diperdagangkan dalam mata uang yang kian murah.
Kedua, stok aluminium pada akhir Agustus 2016 turun sebanyak 3.900 metrik ton menjadi 2,21 juta metrik ton. Ketiga, pasar AS libur di awal pekan guna memperingati Hari Buruh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News