Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski harga timah terkoreksi pada akhir pekan lalu, namun analis menilai ke depan harga timah masih berpeluang untuk naik. Pelemahan dollar dinilai akan menyokong penguatan harga timah.
Mengutip Bloomberg pada Senin (18/3) pukul 20.00 WIB pergerakkan indeks dollar AS terhadap enam mata uang utama terkoreksi 0,11% ke level 96.48.
Analis PT Garuda Berjangka Ibrahim menilai pelemahan dollar AS mampu mengangkat harga timah dalam perdagangan selanjutnya.
Jumat (15/3) harga timah untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) berada di US$ 20.075 per ton. Angka ini melemah 0,47% atau sekitar US$ 20.170 per ton pada perdagangan sebelumnya.
Dollar AS melemah 0,81% pada pekan lalu di mana menjadi penurunan terbesar sejak akhir Agustus tahun lalu. Sebab data produksi manufaktur AS turun 0,4% di Februari, melemah untuk bulan kedua beruntun, sementara itu aktivitas pabrik di New York lebih lemah dari perkiraan pada bulan ini dengan pembacaan indeks di level 3,7.
Ia berpendapat komoditas yang diperdagangkan menggunakan the greenback ini masih berada dalam area bullish meski sedikit terkoreksi. Apalagi pelaku pasar cenderung melakukan aksi ambil untung pada penutupan perdagangan pekan lalu.
Indonesia sebagai produsen timah saat ini terdukung oleh dibukanya lokasi tambang baru di Bangka Belitung dengan kapasitas 5.000-10.000 ton per tahun. Selain itu, Indonesia juga sudah mempunyai Pusat Logistik Berikat (PLB) yang mendukung penyimpanan timah hingga 6.000 ton perbulan. Di mana sebelumnya harus menyimpan di PLB Singapura.
Ini membuat devisa negara kembali dan faktor keamanan menjadi lebih baik. “Wajar sempat terkoreksi karena sekarang sudah jalan pasarnya,” kata Ibrahim, Senin (18/3).
Ibrahim memprediksi untuk perdagangan besok harga timam mampu terapresiasi di kisaran US$ 21.065-US$ 21.195 per ton. Sementara dalam sepekan di level US$ 21.000-US$ 21.300 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News