Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mundurnya negosiasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa telah menjadi sentimen negatif yang menghadang penguatan poundsterling. Mata uang Inggris itu malah semakin tertekam di tengah melajunya rencana reformasi pajak yang diusung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Mengutip Bloomberg, Kamis (7/12) pukul 18.45 wib pasangan GBP/USD tercatat melemah 0,14% ke level 1.3347. Di tengah sesi perdagangan, poundsterling sempat berbalik menguat pasca rilisnya index harga rumah versi Halifax Bank of Shoctland yang tumbuh diatas ekspektasi. Pada pukul 18.00 wib pasangan GBP/USD sempat menguat 0,01% ke level 1.3395.
"Pasangan GBP/USD sejak 2 hari terakhir memang melemah faktor utama masih Brexit," ujar Putu Agus Pransuamitra, Analis PT Monex Investindo Futureas kepada Kontan.co.id, Kamis (7/12).
Menurutnya pada awal pekan ini sebenarnya GBP/USD sempat menguat karena diperkirakan akan terjadi kesepakatan antara Inggris dan Uni Eropa. Namun karena persoalan perbatasan Irlandia tidak menemukan titik temu akhirnya terjadi kemunduran.
"Kalau dari AS saat ini reformasi pajak masih cukup positif," terangnya.
Ditambah dengan ekspektasi kenaikan suku bunga pekan depan dan beberapa data ekonomi AS yang positif, dollaf AS cukup diuntungkan. Meski nanti malam klaim pengangguran diperkirakan akan melebar dari 238.000 ke 239.000 tetapi hal itu diperkirakan masih belum menggoyang greenback. Kata Putu dollar AS masih berpotensi melanjutkan penguatan pada Jumat (8/12) jika data non farm payroll dirilis positif.
Secara teknikal saat ini harga masih bergulir diatas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200 yang mengindikasikan penguatan. Namun dilain pihak sinyal penguatan itu mulai tertahan karena indikator movingge converge divergence (MACD) mulai bergerak turun. Sedangkan indikator relative strength index (RSI) berada di level 43 dan stochastic di level 26.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News