Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Membaiknya data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) mampu melambungkan kembali posisi dollar AS (USD) alias the greenback. Bahkan mata uang Inggris poundsterling (GBP) tertekan di hadapan dollar AS.
Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (3/2), pasangan GBP/USD turun 0,34% ke level 1,2484
Rilis data non farm payroll (NPF) Amerika Serikat bulan Januari 2017 berhasil melampau prediksi sejumlah analis. Jika di Desember hanya mencapai level 156.000, maka kali ini kenaikannya menembus level 227.000. Ditambah lagi data pemesanan pabrik di AS membaik dari minus 2,4 ke level 1,3.
“Biasanya rilis NFP ini berpengaruh terhadap dollar. Hasil yang positif menyebabkan penguatan dollar,” kata Alwi Assegaff, analis PT Global Kapital Investama Berjangka, akhir pekan ini.
Berkat sajian data tersebut, indeks dollar AS menguat. Meski belum berhasil menembus level 100 poin, tetapi mengacu Bloomberg, indeks dollar tercatat menguat 0,08% ke level 99,868.
Sementara, dari sisi GBP diperparah dengan adanya hasil rapat Bank of England. Dalam salah satu keputusannya, Bank Sentral Inggris malah menurunkan target inflasi tahun 2017 dari semula 2,8% menjadi 2,7%. Tak hanya itu, sajian data aktivitas sektor jasa Inggris yang menunjukkan penurunan dalam 4 bulan terakhir juga menyudutkan posisi poundsterling. Di bulan Januari pencapaiannya hanya mampu menyentuh level 54,2, padahal di bulan Desember sudah berhasil mencapai 55,8.
Penguatan dollar AS terhadap poundsterling diperkirakan masih bertahan hingga awal pekan ini. Kata Alwi, Senin (6/2), pergerakan dollar AS akan dipengaruhi oleh hasil indeks kondisi pasar. Sedangkan dari Inggris relatif pasif, karena tidak ada data ekonomi yang akan bakal dirilis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News