Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada Selasa (8/4). Sementara euro dan mata uang lainnya menguat seiring rebound di pasar saham Asia dan Eropa.
Investor mulai berharap bahwa Presiden AS Donald Trump akan membuka ruang negosiasi terkait kebijakan tarifnya yang selama tiga hari terakhir mengguncang pasar global.
Meskipun begitu, penguatan yen Jepang dan franc Swiss menunjukkan bahwa investor masih mencari aset aman, di tengah kekhawatiran terhadap kemungkinan resesi global.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 1,71% ke Level Rp 16.849 Per Dolar AS pada Selasa (8/4)
Beberapa hari terakhir, pasar mata uang mengalami volatilitas tinggi karena pelaku pasar berusaha menentukan mata uang mana yang aman saat pasar jatuh dan ekonomi mana yang paling rentan terkena dampak.
Pada Selasa sore waktu setempat, euro naik 0,3% ke level US$1,0936 setelah sebelumnya sempat melonjak lebih dari 0,7%. Ini merupakan pemulihan setelah dua hari berturut-turut mengalami penurunan.
Mata uang lain yang biasanya menguat saat saham naik juga ikut pulih. Poundsterling naik 0,3% dan dolar Australia menguat 1%, setelah keduanya tertekan dalam dua sesi sebelumnya.
"Sentimen pasar mulai pulih, mungkin karena ada pandangan bahwa Trump akan memfokuskan proteksionisme ke China dan mempercepat kesepakatan dagang dengan negara lain," kata Francesco Pesole, ahli strategi valas di ING.
"Namun bisa jadi pasar terlalu optimis."
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,41% ke Rp 16.891 Per Dolar AS pada Selasa (8/4)
Sinyal Positif dari AS, Tapi China Tetap Keras
Beberapa pernyataan dari pemerintahan Trump memberi sinyal positif. Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada Senin (7/4) menyatakan harapan bahwa negosiasi akan menurunkan beban tarif.
Trump juga mengatakan Jepang akan mengirim tim negosiasi, yang mendorong lonjakan indeks saham Jepang semalam.
Namun, China tetap bersikap keras. Mereka mengecam ancaman tarif tambahan sebesar 50% dari AS sebagai bentuk "pemerasan".
Uni Eropa juga mengajukan tarif balasan sebesar 25% terhadap sejumlah barang AS.
Dolar Melemah Terhadap Mata Uang Safe Haven
Dolar AS turun 0,6% terhadap yen Jepang ke level 146,95 yen per dolar, setelah sempat menyentuh level terendah dalam enam bulan pada Jumat lalu. Terhadap franc Swiss, dolar juga melemah 0,7%.
Baca Juga: Dolar AS Masih Bergerak Fluktuatif, Analis Rekomendasi Franc Swiss dan Yen Jepang
Kondisi ini mendorong indeks dolar AS—yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama—turun 0,3% menjadi 103,12. Sejak pengumuman tarif Trump pada 2 April, indeks ini sudah turun sekitar 0,7%.
"Volatilitas saat ini sepenuhnya disebabkan oleh pilihan kebijakan pemerintahan Trump. Artinya, jika kebijakan itu dibalik, dampaknya ke pasar keuangan kemungkinan juga akan berbalik," kata Nathan Lim, Kepala Investasi di Lonsec Investment Solutions.
Yuan Tertekan, Spekulasi Devaluasi Meningkat
Sementara itu, yuan China jatuh ke level terlemah sejak 2023 setelah bank sentral China melonggarkan kontrol nilai tukarnya.
Langkah ini dipandang sebagai upaya mengurangi dampak tarif terhadap ekspor.
"Langkah tersebut memicu spekulasi bahwa China bisa saja mengizinkan devaluasi yuan lebih besar untuk mengimbangi dampak negatif dari perang dagang yang memburuk," kata Lee Hardman, analis mata uang senior di MUFG.
Selanjutnya: Selamat Sempurna (SMSM) Yakin Kinerja Solid Meski Ada Tarif Impor AS, Ini Strateginya
Menarik Dibaca: Perusahaan Berlomba Adopsi PC AI, AMD Beberkan Alasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News