Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Periode kuartal I-2021 rupanya bukan menjadi periode yang baik bagi rupiah. Kurs rupiah cenderung tertekan ketika dipasangkan dengan mata uang dunia seperti poundsterling, dolar Amerika Serikat (AS), dolar Singapura, hingga dolar Australia.
Kendati demikian, rupiah tercatat masih mampu lebih unggul ketika dipasangkan dengan mata uang euro dan yen Jepang. Berikut kinerja rupiah ketika dipasangkan dengan mata uang utama sepanjang tiga bulan pertama tahun ini:
Analis Monex Investindo Futures Faisyal menuturkan, di kuartal I-2021 memang secara umum bukan periode yang baik bagi mata uang emerging market termasuk rupiah. Ia menyebut, kinerja dolar AS yang terlalu perkasa pada akhirnya menekan kinerja rupiah. Adapun, dolar AS memang terus berada dalam tren positif pada kuartal pertama tahun ini.
Baca Juga: Kurs rupiah ditutup pada Rp 14.525 per dolar AS pada Kamis (1/4)
“Pandemi Covid-19 pada awal tahun masih menghantui, seiring adanya mutasi virus baru hingga kembali diberlakukannya lockdown di beberapa negara. Tak pelak, para investor kemudian melirik mata uang safe haven sebagai instrumen dalam kondisi ini, sehingga dolar AS pun diuntungkan oleh sentimen ini,” terang Faisyal kepada Kontan.co.id, Kamis (1/4).
Lebih lanjut, Faisyal juga menyebut kinerja dolar AS semakin solid seiring keputusan Presiden AS Joe Biden yang terus menggelontorkan berbagai stimulus fiskal maupun moneter. Tak hanya itu, program vaksinasi yang lebih cepat dari target semakin mendorong optimisme pemulihan ekonomi AS berjalan lebih cepat.
Imbasnya, pasar pun berekspektasi inflasi AS akan mulai tumbuh dan berujung pada kenaikan imbal hasil US Treasury. Pada akhirnya, berbagai sentimen ini semakin mengokohkan kinerja dolar AS pada kuartal I-2021.
Selain dolar AS, poundsterling juga menjadi mata uang dengan kinerja yang mentereng. Pemicunya adalah Inggris menjadi negara pertama yang berhasil melakukan vaksinasi secara masif sehingga optimisme pemulihan ekonomi juga membumbung tinggi. Belum lagi, di saat negara Eropa lainnya memberlakukan lockdown, Inggris justru bisa melonggarkan pembatasan sosial.
“Memasuki kuartal II-2021, tren positif dolar AS maupun poundsterling berpotensi masih akan berlanjut. Oleh karena itu, mata uang ini bisa jadi salah satu pilihan yang menarik untuk dimiliki dalam portofolio investor,” imbuh Faisyal.
Walau demikian, Faisyal mengingatkan investor yang ingin melirik poundsterling untuk lebih berhati-hati. Pasalnya, saat ini Inggris tengah bersitegang dengan China sehingga berpotensi menghambat kinerja poundsterling. Selain itu, kebijakan bank sentral Inggris juga harus jadi perhatian, apakah akan menaikkan suku bunga ketika ekonomi mulai pulih atau tetap melakukan pembelian obligasi.
Sementara untuk dolar AS, Faisyal lebih optimistis trennya penguatannya masih akan tak terbendung dalam waktu dekat. Apalagi Biden baru saja mengeluarkan stimulus infrastruktur, serta data-data ekonomi yang sudah mulai mengalami kenaikan. Bukan tidak mungkin, ketika yield US Treasury terus naik dan memicu inflasi akan membuat the Fed menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.
“Jadi bagi yang ingin memiliki kedua mata uang ini, bisa masuk ketika harga mengalami koreksi seiring ada aksi taking profit,” terangnya.
Baca Juga: Eastspring Investment Indonesia menilai pasar saham menarik meski sedang anjlok
Faisyal memperkirakan, pada akhir tahun nanti, pasangan USD/IDR bisa bergerak ke arah Rp 14.700 per dolar AS. Sementara pasangan GBP/IDR bisa menuju ke area Rp 20.200 - Rp 20.300.
Sumber: Bloomberg
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News