Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) tengah diwarnai beberapa sentimen positif. Hal tersebut tercermin pula pada penguatan harganya sepanjang September 2024 berjalan.
Berdasarkan data perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (10/9), saham BBTN berhasil mencatatkan penguatan sebanyak 1,79% dari hari sebelumnya menjadi Rp 1.425 per saham. Saham bank perumahan ini telah menguat dari level Rp 1.410 per saham pada akhir Agustus menjadi Rp 1.425 per saham hingga Selasa.
Tak hanya itu, pemodal asing juga mulai rajin memborong BBTN dengan nilai pembelian bersih (net buy) mencapai Rp 47,99 miliar dalam sebulan terakhir.
Penguatan harga BBTN didukung sejumlah sentimen positif, seperti peluang pemangkasan suku bunga, perpanjangan insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) 100% hingga Desember 2024, pembentukan kembali Kementerian Perumahan, tambahan plafon kredit rumah bersubsidi, dan tren peningkatan kredit kepemilikan rumah (KPR) dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Saham Laggard Masih Bisa Mengejar Kendati Tertinggal
Terkait pemangkasan suku bunga, analis Mandiri Sekuritas Rangga Cipta dan Raden Rami Ramdana dalam risetnya menyebutkan, data Amerika Serikat (AS) menunjukkan perlambatan ekonomi. Hal ini memperkuat peluang pemangkasan suku bunga The Fed, bahkan peluang percepatan dengan target 125 basis poin (bps) tahun ini dan diharapkan berlanjut sebanyak 125 bps tahun 2025.
Tanda-tanda pemangkasan suku bunga tersebut juga sudah mulai diantisipasi sejumlah bank sentral negara-negara di dunia, seperti pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB), Bank Sentral Kanada (BOC), Bank Sentral Inggirs (BOE), dan Bank Sentral Filipina (BSP).
Bank Indonesia (BI) kemungkinan segera memasuki keputusan serupa, sehingga bisa berdampak positif terhadap emiten perbankan, termasuk BBTN.
Sentimen positif lainnya datang dari berlanjutnya insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 100% pada semester II-2024. Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto beberapa waktu lalu mengatakan, langkah ini untuk mendorong perekonomian dan menjaga kelas menengah di Indonesia.
“Insentif PPN DTP ini diberikan sebesar 100% sampai dengan Desember 2024,” katanya.
Baca Juga: IHSG Cetak Rekor Tertinggi, Ini Potensi September Effect Jelang Kebijakan Suku Bunga
Selain pemberian insentif PPN DPT, dia mengatakan, pemerintah akan mendorong Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Dia mengatakan, target FLPP dinaikkan dari dari semula sebanyak 166.000 unit menjadi 200.000 unit.
Dengan demikian ada penambahan sebanyak 34 ribu unit rumah dengan kucuran anggaran Rp 4,3 triliun. Kebijakan tersebut telah diberlakukan mulai 1 September 2024.
Selain sentimen tersebut, BBTN terdorong rencana pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto untuk kembali menghidupkan kementerian perumahan. Ketua Satuan Tugas Perumahan Hashim S Djojohadikusumo beberapa waktu lalu mengatakan, pembentukan kementerian ini sejalan dengan fokus pemerintah untuk membangun 2 juta unit rumah di pedesaan dan 1 juta unit rumah di perkotaan setiap tahun.
Penguatan sektor properti juga bagian dari strategi pemerintah untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi 8% per tahun.
Baca Juga: Siap-siap, Perbankan Wajib Bayar Premi Restrukturisasi Mulai Januari 2025
BBTN juga terdorong data Bank Indonesia (BI) yang mencatatkan lompatan kredit properti ke level tertinggi sebanyak 11,20% pada Juli 2024. Angka tersebut menjadi level pertumbuhan tertinggi dalam 18 bulan terakhir.
Data Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) dari Bank Indonesia (BI) mengungkap bahwa kredit di sektor properti tercatat Rp 915,93 triliun. Angka ini bertumbuh 11,20% year on year (YoY) dan sebesar 7,60% year to date (YtD).
Tren peningkatan kredit properti ini disokong penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) tapak dengan kenaikan 13,94% (YoY) pada Juli 2024. Nilai KPR segmen rumah ini naik dari Rp 618,19 triliun menjadi Rp 704,36 triliun.
Secara kualitas, rasio non performing loan (NPL) kredit properti berada di level 2,68% pada Juli 2024. Angka tersebut lebih rendah dari Juli 2023 sebanyak 2,81%, tetapi lebih tinggi dari Desember 2023 sebesar 2,47%.
Baca Juga: Rekomendasi Saham Pilihan di Tengah Transisi Pemerintahan Baru
Dengan sejumlah sentimen positif tersebut mendorong berbagai perusahaan sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga penguatan lebih lanjut.
Di antaranya, Mandiri Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp 1.800. Target tersebut juga mempertimbangkan revisi skema penyaluran KPR bersubsidi, spin off unit usaha syariah, dan penjualan aset bermasalah (NPL asset sale).
Rekomendasi beli saham BBTN juga datang dari Sinarmas Sekuritas. Analis Sinarmas Sekuritas Arief Machrus merekomendasikan add saham BBTN dengan target harga Rp 1.500. Target tersebut mempertimbangkan langkah ekspansif dalam menyalurkan kredit.
Hal serupa diberikan analis Sucor Sekuritas Edward Lowis. Dia mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp 1.640 per saham. Potensi penurunan terhadap harga saham BBTN kian mengecil dan potensi penguatan kian membesar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News