Reporter: Dityasa H Forddanta, Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana PT Vale Indonesia Tbk (INCO) untuk mendivestasi sebagian sahamnya terus berlanjut. Manajemen memastikan, divestasi saham dari masing-masing pemegang saham bakal dilakukan sesuai dengan porsinya masing-masing.
Vale Canada Limited merupakan pemegang 58,73% saham INCO. Sedang Sumitomo Metal Mining menguasai 20,09%. Sisa sebesar 20,49% merupakan pemegang saham publik.
"Divestasi 20% ke publik akan dilakukan secara proporsional," ujar Direktur Utama INCO Nico Kanter, Selasa (28/8).
Dengan asumsi tersebut, diperkirakan Vale Canada bakal melepas sekitar 12% saham. Sisanya merupakan porsi yang harus dilepas Sumitomo.
Seperti diketahui, sesuai dengan amandemen kontrak karya 2014, INCO diwajibkan mendivestasi 40% sahamnya. Sebesar 20% saham sudah lebih dulu dilepas beberapa waktu lalu. Sisa divestasi 20% bakal dilakukan paling lambat Oktober 2019.
Sekarang, prosesnya tengah dalam tahap perhitungan valuasi. Segera setelah itung-itungan harga selesai, divestasi segera dilakukan.
Namun, sesuai dengan peraturan, INCO tak langsung melepas saham divestasinya ke publik. Perusahaan bakal menawarkan ke pemerintah terlebih dahulu.
Jika menolak, penawaran bakal dilanjutkan ke pemerintah daerah. Proses ini terus terulang hingga ke perusahaan swasta nasional jika BUMN dan BUMD tak bersedia membeli saham INCO.
Menawarkan langsung ke publik melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi opsi paling akhir. "Dana hasilnya nanti masuk ke Vale Canada," imbuh Nico.
Selain sibuk mengurusi divestasi, INCO juga tengah menyelesaikan pembentukan dua perusahaan patungan atawa joint venture (JV). Dua JV tersebut bakal terlibat pembangunan smelter masing-masing di Bahodopi, Sulawesi Tengah dan Pomala, Sulawesi Tenggara. INCO saat ini tengah mencari mitra untuk proyek JV tersebut.
Nico berharap, sebelum tahun ini berakhir sudah ada sejumlah nama yang menjadi calon mitra INCO. "Sehingga rencana pembangunannya bisa mulai direalisasi tahun depan," imbuh Nico.
Jika sudah terealisasi, INCO bakal mampu memproduksi nikel kelas satu di Pomala. Berbeda dengan nikel kelas dua yang hanya untuk bahan baku stainless steel, nikel ini merupakan bahan baku baterai.
INCO sepanjang paruh waktu tahun ini memproduksi 36.034 metrik ton (mt) nikel. Produksi ini setara dengan 47% dari target produksi tahun ini, 77.000 mt.
Guna merealisasikan targetnya itu, perusahaan menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 95 juta. Semester I-2018, INCO telah membelanjakan sekitar US$ 19,8 juta capex tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News