kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.924   6,00   0,04%
  • IDX 7.202   60,78   0,85%
  • KOMPAS100 1.106   11,13   1,02%
  • LQ45 878   12,09   1,40%
  • ISSI 220   0,63   0,29%
  • IDX30 449   6,48   1,46%
  • IDXHIDIV20 540   5,30   0,99%
  • IDX80 127   1,46   1,16%
  • IDXV30 134   0,17   0,13%
  • IDXQ30 149   1,68   1,14%

Dirut BEI: Ketidakpastian bikin IHSG tertekan di zona merah


Jumat, 23 Maret 2018 / 19:59 WIB
Dirut BEI: Ketidakpastian bikin IHSG tertekan di zona merah
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini ditutup ke level 6.210 atau turun sebesar 0,69%. Indeks hari ini, Jumat (23/3) bergerak di zona merah dengan range 6.085 hingga 6.210. Investor asing juga sudah mencatatkan net sell lebih dari Rp 20 triliun secara year to date (ytd).

Direktur utama Bursa Efek Indonesia, Tito Sulistio mengatakan bahwa adanya ketidakpastian baik dari global dan juga regional memaksa indeks berada di zona merah. "Ketidakpastian terutama karena sentimen perang dagang Amerika Serikat," kata Tito.

Hal ini ditambah dengan sentimen yang ada di Indonesia yakni potensi money outflow secara bersamaan dengan adanya pilkada, Asian Games, pembayaran pajak dan piala dunia secara bersama-sama yang menyebabkan uang keluar secara masif dalam beberapa waktu ke depan.

Ketidakpastian yang terjadi ditambah dengan pengumuman BI soal pertumbuhan kredit sebesar 7,4% sepanjang Januari 2018 yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kredit di bulan sebelumnya 8,2% yoy.

Selain itu, lembaga pemeringkat utang Standard and Poors mengatakan empat perusahaan konstruksi BUMN mencatatkan kenaikan utang 57% yang berpengaruh bagi pasar.

Namun Tito menyebut bahwa keluarnya asing di Indonesia sebenarnya tak sebesar negara-negara lain. Investor asing di Thailand misalnya sudah mencatatkan aksi jual sebesar US$ 1,74 miliar dan juga investor asing di Jepang sudah mencatatkan net sell US$ 18,04 triliun.

Selain itu, menurut Tito, dengan penurunan ini, harga saham di Indonesia justru sedang murah-murahnya, padahal potensi net income Indonesia mencatatkan kenaikan sebesar 21,28%.

Kenaikan net income ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan net income Singapore Strait Times Index yang hanya naik 15,5% atau bahkan Dow Jones yang justru mencatatkan penurunan net income sebesar -4,83% di sepanjang tahun 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×