Reporter: Dimas Andi | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) kembali melakukan diversifikasi bisnis di luar sektor batubara. Melalui PT Trimatra Engineering (TPE) dan PT Tripatra Multi Energi (TIME), INDY mengumumkan pembentukan satu anak usaha baru, yakni PT Trimatra Bioenergi Angkasa (TBA) pada 4 September 2025.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), TBA akan melakukan kegiatan usaha di bidang industri kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian (KBLI 20115). Sebanyak 99,9% saham TBA dimiliki oleh TPE dengan jumlah kepemilikan saham sebesar 2.999 lembar saham atau senilai Rp 299,90 juta. Adapun TIME memiliki 1 lembar saham TBA dengan nilai Rp 100.000 atau merepresentasikan porsi kepemilikan sebesar 0,01%.
“Dengan pembentukan anak perusahaan ini, Perseroan akan memiliki anak usaha baru yang laporan keuangannya akan terkonsolidasi,” tulis Sekretaris Perusahaan INDY Adi Pramono dalam keterbukaan informasi, Senin (8/9/2025).
Baca Juga: Indika Energy (INDY) Dirikan Anak Usaha Baru di Bidang Kimia Dasar
Pihak INDY berkeyakinan bahwa pembentukan anak usaha baru dilakukan sesuai dengan strategi bisnis diversifikasi perusahaan serta untuk memastikan agar perusahaan fokus pada pelaksanaan kegiatan usaha yang berkelanjutan.
Sementara itu, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi mengatakan, fokus TBA yang bergerak di industri kimia dasar organik berpotensi membuka sumber pendapatan baru bagi INDY yang lebih stabil dibandingkan batubara. Dalam jangka pendek, kehadiran anak usaha baru tersebut terhadap kinerja keuangan INDY kemungkinan relatif terbatas.
"Tapi dalam jangka menengah dan panjang, upaya ini bisa jadi katalis positif, apalagi jika dikaitkan dengan transisi energi nasional," ujar Wafi, Selasa (9/9/2025).
INDY sendiri sudah cukup aktif melakukan diversifikasi bisnis dalam beberapa tahun terakhir. Sebelum mendirikan TBA, INDY sudah pernah masuk ke bisnis pertambangan emas, energi terbarukan, hingga kendaraan listrik.
Baca Juga: Kinerja Keuangan Menurun, Indika Energy (INDY) Fokus Perkuat Sektor Non-Batubara
Wafi menilai, strategi diversifikasi bisnis yang dilakukan INDY bukannya tanpa tantangan. Agenda seperti ini biasanya membutuhkan investasi atau pendanaan yang besar, baik untuk capital expenditure (capex) awal maupun menjaga operasional sampai stabil. Tantangan lain ada pada kompetensi perusahaan, di mana INDY perlu beradaptasi dengan industri lain yang karakteristiknya berbeda dengan industri batubara.
"Risiko finansial juga meningkat karena leverage bisa bertambah bila pembiayaan dilakukan lewat utang," tutur dia.
Lantas, Wafi merekomendasikan beli saham INDY dengan target harga di level Rp 2.200 per saham. Menurutnya, prospek jangka pendek INDY masih relatif tertekan karena diversifikasi bisnis yang dilakukan emiten tersebut belum bisa secara langsung menutupi risiko pelemahan lini bisnis batubara.
Baca Juga: Indika Energy (INDY) Teken Kerja Sama Pengoperasian Terminal Peti Kemas Batu Ampar
Selanjutnya: Penasihat Danantara, Thaksin Shinawatra Kembali Dipenjara 1 Tahun, Ini Alasannya
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (10/9) Hujan Sangat Lebat di Provinsi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News