kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Direktur UVCR Riky Boy H Permata menaruh harap pada investasi saham sektor digital


Sabtu, 25 September 2021 / 07:05 WIB
Direktur UVCR Riky Boy H Permata menaruh harap pada investasi saham sektor digital


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi sebagian orang, dunia perkuliahan menjadi gerbang pembuka bagi sesuatu yang baru. Seperti yang dialami Riky Boy H Permata, mengenal dunia investasi saat duduk di bangku kuliah. Saat itu, instrumen pertama yang dia pilih adalah unitlink.

Riky tertarik karena asuransi ini menawarkan cakupan (coverage) biaya apabila dirinya sakit. “Di situlah saya tertarik, karena dulu saya hanya mengenal tabungan dan belum berpenghasilan, hanya berasal dari uang jajan,” terang pria yang menjabat sebagai Direktur  PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) ini.

Perkenalannya dengan asuransi unitlink membuka jalan Riky untuk mengenal instrumen investasi lain. Sekitar tahun 2012, Riky menjajal reksadana. Kemudian, dia menjajal instrumen lain seperti sukuk ritel dan ORI. Barulah di medio 2019-2020, pria kelahiran Jakarta ini memasuki dunia persahaman yang saat ini menjadi instrumen terbesar dalam portofolionya.

Baca Juga: Hingga Agustus 2021, imbal hasil BPJS Ketenagakerjaan sentuh Rp 22,35 triliun

Saat ini, sekitar 60% dari total portofolio Riky berbentuk saham. Riky cukup selektif dalam memilih saham. Aspek fundamental merupakan tolak ukur utama yang menjadi acuan dalam menempatkan dananya di saham. “Saya cenderung melihat dari sisi fundamental, seperti siapa di balik perusahaan itu, apa produknya, bagaimana bisnisnya, dan tahu bagaimana money making-nya,” sambung Riky.

Riky juga memperhatikan historikal kinerja dari saham perusahaan yang akan dia beli. Tak jarang, dia membandingkan dengan perusahaan lain yang serupa. Ditambah, dengan kondisi pandemi saat ini, investor perlu mencermati sektor dan usaha apa yang cukup adaptif menghadapi pandemi.

Nah, menurut Riky, setidaknya ada tiga sektor yang cukup menarik di tengah pandemi saat ini. Pertama, saham perusahaan sektor digital yang menjadi primadona saat ini. Sektor digital dinilai atraktif seiring dengan tingkat keterjangkauan digital di Indonesia, walaupun memang literasi digital masyarakatnya masih cukup rendah. Terbukti dari angka kepemilikan telepon genggam di tanah air cukup tinggi, sehingga membuktikan jangkauan pasar di sektor ini cukup luas.

“Sektor digital itu jangkauan pasarnya sudah luas, tetapi penggunaannya masih belum optimal. Sehingga sektor digital masih punya potensi untuk tumbuh lebih pesat,” terang pria kelahiran 16 November 1984 ini.

Baca Juga: Ini alasan mengapa Warren Buffett ogah bermain mata uang kripto

Ini juga yang turut meyakinkannya sebagai pemegang saham di tempatnya bernaung, yakni UVCR yang bergerak di sektor digital. Mengutip RTI, saat ini Riky mengempit 5,32% atau 106,5 juta saham UVCR.

Dia cukup optimistis terhadap perusahaan asuhannya. Terbukti dari terus bertambahnya pelanggan UVCR. Per Juni 2021, jumlah pelanggan bertambah menjadi sekitar 205.000 pengguna dari sekitar 123.000 pengguna pada periode yang sama di tahun lalu.

Kedua, sektor energi dinilai cukup adaptif dan resilient. Sebab, permintaan akan komoditas energi terus bergerak meskipun berada di tengah pandemi. Ketiga, Riky juga berinvestasi di saham sektor perbankan, terlebih saat ini merupakan era kolaborasi antara perbankan konvensional dan perbankan digital.

“Di situlah biasanya saya menempatkan dana saya di instrumen saham,” terang Riky. Saat ini, Riky masih akan berfokus di sektor-sektor tersebut.

Baca Juga: Kejatuhan Evergrande tekan pasar keuangan, investor cari pertanda intervensi Beijing

Pria yang meraih gelar sarjana Teknik Informatika Universitas Trisakti ini juga berinvestasi di sektor properti, dimana sekitar 30% dari total portofolio Riky berbentuk tanah dan rumah. Properti menjadi pilihan yang seksi mengingat nilai tanah dan bangunan dipastikan terus bertambah dan sulit menyusut.

Meski punya prospek menjanjikan, memilih tanah dan bangunan juga tidak boleh sembarangan. Agar mendapatkan hasil yang optimal, seorang investor harus mengidentifikasi segmentasi dan pasar yang dituju, seperti dalam aspek kisaran harga dan luas tanah/bangunan yang cocok untuk disewakan. “Sesuaikan tujuannya. Kalau memang disewakan, berapa ukurannya? Apakah cocok dengan target pasarnya?” jelas pria yang memiliki hobi traveling ini.

Hal ini perlu dilakukan sebelum berinvestasi di bidang properti, sehingga perlu mengukur pasar yang akan menyewa atau memakai asetnya agar bisa sesuai dengan karakteristiknya. Tentu saja, fix income pun juga akan optimal tanpa mengurangi nilai tanah dan bangunan.

Baca Juga: Rahasia Sukses Investasi ala Peter Lynch #1
 
Tahu kapan lapar dan kapan kenyang

Selain untuk dana pensiun, sederet investasi yang ditanamkan Riky juga dia putar menjadi investasi lagi, seperti dimasukkan ke dalam deposito sekitar 10% dari total portofolio. Riky juga menggunakan uang hasil investasinya untuk mengembangkan bisnis. “Perputaran ini dilakukan dengan harapan supaya menghasilkan lagi,” kata dia.

Namun, bukan berarti perjalanan investasi Riky selalu berjalan mulus. Dia juga pernah mengalami kerugian akibat saham yang dibelinya menurun tajam. Riky juga sempat mengikuti tips investasi dari influencer di Instagram maupun grup komunitas investor, yang ternyata hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

Penggemar Band Foo Fighters dan Slank ini membagikan tips bagi para pemula yang akan terjun ke dunia investasi. Salah satu aspek penting adalah alokasi pendapatan /gaji yang digunakan untuk investasi. Untuk tahap awal, Riky menilai investor cukup menyisihkan sekitar 10%-20% dari pendapatan. Pastikan ini adalah dana menganggur yang siap habis.

Berinvestasi saham juga demikian. Ada baiknya dana/tabungan dialokasikan secara perlahan dan sedikit demi sedikit, sembari mempelajari permainan dan pola pergerakan saham. “Karena kita tidak boleh lapar terus, kita harus tahu kapan lapar dan kapan saatnya kenyang,” pungkas dia.

Baca Juga: Jarang terjadi, Bernard Arnault jual rugi seluruh sahamnya di Carrefour

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×