Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengalaman investasi Direktur Pengembangan Bisnis PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) Indra Gunawan dimulai sekitar tahun 2000. Kala itu, dia sudah bekerja setelah lulus dari program sarjana Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya pada 1997.
Indra mulai berinvestasi demi memperoleh pendapatan tambahan dan mempersiapkan tabungan masa depan. Cara yang Indra lakukan saat pertama kali berinvestasi adalah dengan membeli mobil dan apartemen untuk kemudian disewakan.
"Pada waktu itu, imbal hasil yang didapatkan cukup menarik. Cukup untuk membayar kredit kepemilikannya dan masih ada sisa untuk ditabung," kata pria kelahiran 7 November 1974 ini kepada Kontan.co.id, Jumat (18/6). Waktu itu, Indra juga tengah melanjutkan pendidikan S2 di jurusan Ekonomi Universitas Indonesia sehingga uang hasil sewa mobil juga digunakan untuk membayar biaya kuliahnya.
Seiring berjalannya waktu, Indra makin tertarik untuk berinvestasi di bidang properti. Dia menambah kepemilikan properti dengan membeli rumah, tanah, serta apartemen. Saat ini, investasi di bidang properti mencakup 60% dari total nilai portofolio investasinya.
Baca Juga: Tips investasi Bernard Arnault sehingga jadi orang terkaya dunia
Meskipun mengawali pengalaman investasinya dengan membeli properti, Indra tak luput menjajal instrumen investasi lain. Dia pun mempelajari dan mencoba untuk berinvestasi di saham, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek (trading), terutama di saham-saham infrastruktur dan telekomunikasi.
Tak berhenti sampai di situ, Indra kemudian menjajal instrumen reksadana dan obligasi. Kini, saham, reksadana, dan obligasi mencakup 40% dari total portofolio investasinya.
Indra menuturkan, pembelian jenis instrumen investasi yang berbeda tersebut merupakan caranya untuk mendiversifikasi portofolio. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko investasi dan mengoptimalkan imbal hasil yang didapat.
Menurut Indra, secara keseluruhan perkembangan investasinya sejauh ini masih sesuai dengan harapannya. Meski begitu, bukan berarti ia tidak pernah mengecap pengalaman pahit kala berinvestasi.
Baca Juga: Lima Kesalahan yang Sering Dilakukan Investor Pemula
Pria yang pernah berkarier di Siemens Indonesia dan Protelindo ini mengenang, pada awal waktu menyewakan mobil, dia pernah merugi karena si penyewa tidak mau membayar. Indra juga pernah mengecap rugi berinvestasi saham akibat kondisi ekonomi yang tidak terkontrol sehingga proyeksi berubah.
Oleh karena itu, menurut dia, risiko investasi harus dikelola, baik dengan diversifikasi maupun alokasi budget supaya potensi kerugian dapat terkontrol. "Dalam berinvestasi, investor harus berhati hati dan siap juga dengan kondisi di luar kendali kita yang mungkin bisa menyebabkan kerugian," ucap Indra.
Dari pengalaman investasi yang sudah lebih dari 20 tahun, ada beberapa hal yang selalu ia ingat dan terapkan selama berinvestasi. Pertama, investasi harus terdiferensiasi untuk mengurangi risiko dan pilihlah produk investasi yang memang benar-benar dipahami.
Baca Juga: Tips Mengelola Uang Gajian untuk Investasi di Masa Depan
Kedua, pilihlah produk sesuai profil investasi masing-masing. Sebagai contoh, kalau seseorang memiliki profil investasi yang konservatif maka jangan terlalu dominan ke produk yang berisiko. Jadi, produknya harus terbagi antara yang risiko tinggi dan risiko rendah.
"Ketiga, be patient. Kalau mau cepat untung, umumnya semakin tinggi risikonya. Jadi jangan terburu-buru ingin untung besar," kata dia. Keempat, alokasikan budget untuk investasi yang sesuai, di luar dana untuk kebutuhan utama.
Baca Juga: Tips memperbaiki kesehatan keuangan pasca-Lebaran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News