Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pencapaian kontrak baru PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP, anggota indeks Kompas100) sejauh ini belum terlalu memuaskan. Emiten ini masih berpotensi menemui rintangan untuk memenuhi target nilai kontrak baru hingga akhir tahun nanti.
Catatan Kontan.co.id, WSBP telah mengantongi nilai kontrak baru senilai Rp 3,41 triliun hingga Agustus 2019 atau 33,10% dari target awal perusahaan sebanyak Rp 10,31 triliun di tahun ini. Manajemen WSBP pun masih mempertahankan target nilai kontrak baru tersebut.
Baca Juga: Begini prospek bisnis Waskita Karya Beton (WSBP) setelah bangun pabrik baru
Sejumlah proyek menjadi penopang nilai kontrak baru WSBP di tahun ini. Di antaranya adalah proyek jalan tol ruas Krian – Legundi – Bunder – Manyar seksi 2 dan 3, ruas tol Jakarta – Cikampek II Selatan Paket 3, Addendum tol Cibitung – Cilincing, ruas tol Bogor – Ciawi – Sukabumi Seksi II, dan ruas tol Bekasi – Cawang – Kampung Melayu Seksi 2A.
Analis Jasa Capital Sekuritas Chris Apriliony menilai, ada kemungkinan WSBP juga memusatkan perhatiannya pada perbaikan arus kas perusahaan. Upaya ini sebenarnya berhasil lantaran nilai arus kas WSBP di semester pertama 2019 mencapai Rp 312 miliar. Jumlah ini jauh lebih baik dibandingkan arus kas yang tercatat di semester pertama tahun lalu yang hanya Rp 52 miliar.
Baca Juga: Waskita pastikan ruas tol Kayu Agung-Palembang beroperasi November
Namun demikian, kondisi ini membuat WSBP cenderung menahan diri untuk lebih agresif dalam meraih kontrak baru, khususnya di paruh pertama tahun 2019.
Di atas kertas, emiten tersebut masih berpeluang meningkatkan nilai kontrak barunya di sisa tahun ini. Terlebih, terdapat beberapa proyek infrastruktur seperti pembangunan jalan tol, jembatan, pembangkit listrik, hingga pelabuhan yang dipercepat proses tendernya di semester kedua tahun ini.
“Namun, jika dilihat dari realisasi kontrak baru yang sudah didapat, kemungkinan WSBP akan kesulitan memenuhi target di tahun ini,” ungkap Chris, Rabu (25/9).
Setali tiga uang, Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian ragu WSBP mampu untuk sekadar memenuhi target kontrak baru di sisa tahun ini. Ia memasang perkiraan yang konservatif untuk nilai kontrak baru WSBP di tahun ini sebesar Rp 8 triliun. Angka ini lebih rendah dari target perusahaan yang mencapai dua digit.
Selain karena waktunya yang tergolong mepet, WSBP menghadapi hambatan berupa ketergantungan yang tinggi terhadap induk usahanya, PT Waskita Karya Tbk (WSKT, anggota indeks Kompas100). Hal ini terbukti dari kontribusi WSKT yang mencapai 64% dari total kontrak baru milik WSBP yang diraih pada tahun lalu.
Baca Juga: Anggarkan Rp 200 Miliar, Waskita Beton (WSBP) Bangun Pabrik di Calon Ibukota Baru
“WSKT masih memiliki kendala keuangan yang mencegah WSBP untuk memperoleh proyek baru yang substansial,” terang Joey dalam riset 2 Agustus.
Kendala keuangan tersebut bukan isapan jempol. Sebab, baru-baru ini WSKT bersama lima perusahaan pelat merah lainnya di Indonesia dinilai dalam riset Moody’s Investor Service memiliki risiko utang yang mengkhawatirkan. Moody’s mencatat rasio utang WSKT terhadap ekuitasnya mencapai 359,1%.
Menurut Chris, meski tidak bersifat urgen, diversifikasi kontributor kontrak baru dapat menjadi opsi bagi WSBP untuk mengurangi ketergantungannya terhadap WSKT. Opsi lainnya adalah mengurangi proyek-proyek dengan sistem turnkey. “Paling tidak ini tidak memberatkan cash flow perusahaan,” ujarnya.
Baca Juga: Kontrak baru mini, Waskita Beton Precast (WSBP) telah pakai 55% dari capex
Chris merekomendasikan beli saham WSBP dengan target harga Rp 400 per saham. Di sisi lain, Joey menyarankan hold saham WSBP dengan target Rp 400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News