Reporter: Nadya Zahira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah diprediksi lanjut menguat pada perdagangan Senin (15/7). Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot menguat 0,36% ke level Rp 16.137 per dolar AS pada Jumat (12/7).
Sedangkan di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah juga menguat 0,28% ke Rp 16.154 per dolar AS pada Jumat (12/7).
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS terpukul oleh data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang lebih lemah dari perkiraan. Angka tersebut meningkatkan spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan lebih percaya diri untuk mulai memangkas suku bunga.
“Pelaku pasar memperkirakan kemungkinan sebesar 83,4% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada September, dibandingkan dengan peluang sebesar 64,7% yang terlihat pada pekan lalu, hal ini menurut alat CME Fedwatch," kata Ibrahim dalam riset, Jumat (12/7).
Baca Juga: Kenaikan IHSG Pekan Ini Disokong Dana Asing, Simak Proyeksi Analis Pekan Depan
Di sisi lain, Ibrahim menuturkan, data neraca Bank of Japan (BoJ) yang akan dirilis pada Juli 2024 diharapkan dapat memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai apakah pemerintah melakukan intervensi. Menurut dia, pasar juga berspekulasi apakah posisi short pada yen tertekan oleh penurunan tajam dolar, menyusul lemahnya pembacaan CPI pada Juni.
Sementara itu di China, Ibrahim bilang, surplus perdagangan melonjak mendekati level tertinggi dalam dua tahun terakhir, sedangkan ekspor juga tumbuh lebih besar dari perkiraan.
“Namun peningkatan tarif perdagangan terhadap ekspor utama China seperti kendaraan listrik dapat mengimbangi tren ini,” kata dia.
Adapun sentimen dari dalam negeri, Ibrahim mengatakan, datang dari pemerintah yang telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tetap tumbuh sebesar 5,2% hingga akhir tahun 2023, sesuai dengan asumsi pertumbuhan ekonomi di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 5,2% sampai akhir tahun itu akan ditopang oleh bergeliatnya ekspor dan investasi di Indonesia,” imbuhnya.
Dengan faktor-faktor tersebut, Ibrahim memprediksi, mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 16.080 - Rp 16.150 per dolar AS pada Senin (15/7).
Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, apresiasi rupiah belakangan ini karena ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang semakin optimistis. AS menghadapi perlambatan ekonomi dari beberapa katalis utama seperti sektor manufaktur, jasa, dan ketenagakerjaan.
Nanang menyebutkan, inflasi konsumen yang melambat membuat pasar meyakini besar Fed akan mengakhiri suku bunga tinggi. Pemangkasan suku bunga yang saat ini ada di 5,25%-5,50% diprediksi berlangsung pada September mendatang.
"Jika isu pemangkasan suku bunga ini benar dilakukan pada tahun ini, tidak satu kali, melainkan sebanyak dua atau bahkan tiga kali, maka hal ini akan menjadi angin segar bagi pasar keuangan domestik. Termasuk rupiah karena tekanan terhadap rupiah akan semakin minim," kata Nanang kepada Kontan.co.id, Jumat (12/7).
Baca Juga: Bursa Saham AS: Naik Didorong Harapan Potong Suku Bunga The Fed
Nanang memprediksi, rupiah akan menguji untuk bisa berlabuh di bawah Rp 16.000 per dolar AS. Namun, untuk bisa mencapai hal tersebut perlu sokongan dari katalis dalam negeri seperti data neraca perdagangan dan rapat Bank Indonesia perihal suku bunga acuan yang akan digelar pada minggu depan.
"Dengan tidak mengesampingkan isu dan sentimen perihal pemotongan bunga The Fed, bila pertemuan di Juli ini adanya perubahan besar yakni percepatan penurunnan bunga The Fed, maka ini menjadi obat penenang bagi rupiah untuk bertahan di sekitar Rp 15.000 per dolar AS," jelas Nanang.
Dengan faktor-faktor tersebut, Nanang memproyeksikan, rupiah akan lanjut menguat di kisaran Rp 16.030 per dolar AS-Rp 16.185 per dolar AS, pada perdagangan Senin (15/7).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News