Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebagai juara bertahan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) belum tergoyahkan.
Kendati posisi tersebut sudah dibayang-bayangi PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang pada perdagangan intraday sempat menyalip posisis BBCA pada perdagangan Jumat (26/4).
Saat penutupan pasar saham pada Jumat, nilai kapitalisasi pasar BBCA sebesar Rp 1.193 triliun atau 10,03% dari total market cap BEI. Sementara di posisi kedua ditempati BREN dengan market cap Rp 1.107 triliun atau 9,31% dari total market cap BEI.
Baca Juga: Balapan BBCA dan BREN untuk Jadi Jawara Market Cap Kian Sengit
Selanjutnya di posisi ketiga ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan market cap Rp 773 triliun atau 6,50% dari total market cap bursa. Kemudian disusul oleh PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dengan market cap Rp 689 triliun atau 5,79% dari total market cap bursa.
Berikutnya ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan market cap Rp 642 triliun atau 5,40%.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan peluang pergeseran market cap masih cukup tinggi akan terjadi. Menurutnya hal itu dipengaruhi oleh berbagai sentimen yang mewarnai pasar saat ini.
Baca Juga: Saham BREN dan TPIA Berpotensi Masuk Indeks MSCI, Simak Rekomendasi Saham BRPT
Mulai dari konflik geopolitik timur tengah, pelemahan kurs rupiah serta perubahan arah kebijakan suku bunga The Fed masih diperkirakan akan mempengaruhi pergeseran market cap," jelas Miftahul pada Kontan, Jumat (26/4).
Selain itu, Miftahul juga mengatakan saat ini telah memasuki musim rilisnya update kinerja untuk periode tiga bulan pertama atau kuartal I 2024.
Menurutnya hal itu juga akan berperan dalam pergerakan harga saham yang akan menentukan posisi kapitalisasi pasar setiap emiten.
Baca Juga: Berpeluang Masuk Indeks MSCI, Simak Rekomendasi Saham BREN dan TPIA
Miftahul mencermati, AMMN yang baru saja masuk dalam deretan saham penghuni indeks LQ45 akan berdampak pada performa harga saham AMMN. Meski begitu menurutnya itu hanya bersifat short term momentum.
"Selain itu ada saham-saham penghuni indeks akan memiliki changes yang cukup tinggi untuk dikoleksi asing terlebih lagi jika arus dana asing (cash inflow) sudah kembali normal," ujarnya.
Miftahul menambahkan masih patut dicermati bahwa secara valuasi AMMN sudah sangat tinggi. Meski begitu sentimen ini tetap akan berdampak positif pada kinerja harga saham AMMN hanya dalam jangka pendek.
Sementara itu Direktur Ekuator Swarna Investama Hans Kwee mengatakan fenomena turunnya saham BBRI hanya bersifat sementara karena adanya permasalahan internal. Menurutnya hal itu tidak dapat mewakili performa saham bank khususnya bank buku 4.
"Ada banyak informasi yang menekan BBRI terkait dana nasabah yang hilang dan berita BRI kalah di pengadilan terhadap nasabah, tapi ini fenomena jangka pendek dan dana yang hilang tidak signifikan terhadap profit BRI," jelasnya.
Baca Juga: Bank Besar Pesta Laba Jumbo, Simak Rekomendasi Saham BBRI, BBCA, BMRI dan BBNI
Dengan begitu, Hans merekomendasikan untuk buy on weakness pada saham BBRI dengan target harga Rp 4.700 - Rp 4.800 per saham. Sedangkan Miftahul rekomendasi hold pada saham AMMN untuk sementara waktu.
Selain itu Miftahul juga merekomendasikan buy pada saham PT Astra International Tbk (ASII) dengan target harga Rp 6.000 per saham.
Sedangkan untuk big four bank Miftahul merekomendasikan hold saham BBCA, trading buy pada saham BBRI dengan target harga Rp 5.600 per saham, trading buy pada saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan tgarget harga Rp 5.675 dan hold saham BMRI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News