kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

DIM akan terbitkan KIK EBA Rp 750 miliar


Jumat, 10 Januari 2014 / 07:24 WIB
DIM akan terbitkan KIK EBA Rp 750 miliar
ILUSTRASI. Meski Harga Saham ENRG, BUMI, BRMS Naik Tinggi, Analis Rekomendasi Investor Tak Beli


Reporter: Wahyu Satriani, Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Satu lagi produk investasi anyar akan meramaikan pasar modal. PT Danareksa Investment Management (DIM) bersiap menerbitkan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) pada awal tahun ini.

Instrumen bertajuk KIK EBA DBMRI-01 ini memiliki aset dasar tagihan kredit milik PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Direktur DIM, Prihatmo Hari menyebutkan, instrumen tersebut akan diterbitkan senilai Rp 750 miliar dengan tenor sekitar 7,6 tahun. Adapun, kupon yang ditawarkan rencananya berkisar 8,75%  sampai 10,25% per tahun. "Jadwal bookbuilding dan penerbitan akan diinfokan kemudian," ujar Hari, Rabu (8/1).

Ini merupakan sekuritisasi aset tagihan kredit milik Bank Mandiri pertama yang dibungkus menjadi KIK EBA oleh DIM. Selama ini, penerbitan EBA didominasi oleh PT Bank Tabungan Negara (BBTN).

Sebelumnya, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Pahala Mansury mengatakan, pihaknya akan melakukan sekuritisasi tagihan kredit pemilikan rumah (KPR) senilai Rp 700 miliar hingga Rp 1 triliun. Rencana sekuritisasi tersebut telah bergulir sejak tahun lalu.

Menurut Pahala, perbankan membutuhkan sekuritisasi  untuk menjaga likuiditas, terutama untuk aset yang kuat dan jangka waktu pinjaman panjang. Sebab, tagihan seperti kredit pemilikan rumah (KPR) sangat potensial terjadi kesenjangan pembiayaan atau maturity mismatch.

Selama ini, mayoritas KPR menggunakan dana pihak ketiga (DPK) berupa tabungan dan deposito. Padahal, bunga acuan bisa berubah.

Hingga Desember 2013, Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah mencatatkan enam emisi KIK EBA senilai total  Rp 2,456 triliun.

Jumlah ini sudah termasuk KIK-EBA hasil kerjasama DIM dan PT Bank Tabungan Negara, yaitu Danareksa Bank Tabungan Negara 04 atau DBTN04 yang diterbitkan akhir Desember lalu.

DBTN 04 senilai Rp 928 miliar tersebut dibagi menjadi dua seri, yaitu Seri A1 bertenor 2,5 tahun dan Seri A2 bertenor 4,5 tahun. Masing-masing seri menawarkan imbal hasil 8,9% dan 9,5%. Ini merupakan EBA Kelas A yang mendapat peringkat idAAA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

Kupon 10,25%

Direktur PT Infovesta Utama Parto Karwito bilang, DBMRI-01 tidak bisa dibandingkan dengan DBTN04, selama belum ada peringkat (rating) resmi DBMRI-01 sebagai salah satu indikator. “Karena rating menunjukkan tingkat kesehatan nilai underlying asset,”  ujar dia.

Hanya saja, Parto menilai, DBMRI-01 sebaiknya menawarkan imbal hasil 10,25%, karena instrumen investasi tersebut bertenor cukup panjang, yakni selama 7 tahun. Dengan tenor selama itu, KIK EBA tersebut bersifat tidak likuid. “Apalagi, jika KIK EBA dicatatkan di bursa, semakin tidak likuid,” katanya.

Selain peringkat, dalam berinvestasi, investor juga akan mempertimbangkan kinerja KPR di BTN dan Bank Mandiri. Menurut Parto, BTN dikenal sebagai lembaga pembiayaan KPR sejak lama. Reputasi itu dapat menguntungkan penjualan DBTN04, karena BTN dipandang lebih berpengalaman.

Jadi, menurut Parto, produk KIK EBA yang akan terbit sebaiknya bisa mengambil underlying asset lain, seperti tagihan kartu kredit. Meski, ia bilang, di Indonesia produk KIK EBA memang baru familiar menggunakan aset dasar berupa tagihan KPR.

“Yang jelas, sebagai investor, jangan antipati terhadap produk KIK EBA. Tapi,  tetap harus ada penilaian kredibel soal underlying asset produk tersebut, supaya konsumen tahu apakah benar nominalnya sebesar itu.” ujar Parto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×