Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) diperkirakan mencatatkan kinerja positif di 2025. Permintaan emas yang merupakan safe haven di tengah ketidakpastian global menjadi pendorongnya.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer berpandangan bahwa BRMS akan melanjutkan kinerja positifnya di 2025. Kinerja BRMS akan didukung oleh peningkatan kapasitas produksi dari tambang emas, serta diversifikasi ke logam dasar seperti seng dan perak.
"Permintaan emas yang stabil sebagai aset safe haven, di tengah ketidakpastian global, juga menjadi pendorong utama," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (9/1).
Harga emas dunia diperkirakan juga masih akan tetap solid. Walaupun memang, sambungnya, pergerakan harganya akan dipengaruhi dinamika kebijakan The Fed, inflasi, dan geopolitik.
Sebagai informasi, berdasarkan Trading Economics, harga emas dunia berada di US$ 2.667 per ons troi pada Kamis (9/1) pukul 18.13 WIB. Dalam 24 jam terakhir menguat 0,21% sehingga mengakumulasi penguatan 1,63% sejak awal tahun.
Baca Juga: Prospek Cerah, Bumi Resources Minerals (BRMS) Fokus Tingkatkan Produksi Emas di 2025
Harga emas yang kuat turut mendorong kinerja BRMS hingga kuartal III 2024. BRMS mencatatkan pendapatan sebesar US$ 108,47 juta atau melesat 231,3% secara tahunan.
Sementara itu, analis Samuel Sekuritas Farras Farhan mengatakan, pendapatan BRMS yang apik juga didukung produksi emas yang kuat pada kuartal III 2024 sebesar 18 ribu ons troi atau naik 111% YoY. Lalu, ditambah peningkatan kadar emas yang diproses sebesar 1,67 gram per ton (g/t) atau meningkat 19,3% YoY.
"Mencerminkan kualitas bijih yang lebih baik dan harga jual rata-rata yang lebih tinggi sebesar US$ 2.347 per ons troi atau naik 22,6% YoY," paparnya.
Farras berpandangan bahwa kinerja positif BRMS akan akan berlanjut didukung operasi pabrik ketiga, sebuah fasilitas dengan metode heap leach yang akan menambah kapasitas sebesar 4.000 ton per hari.
"Dikombinasikan dengan perluasan tambang bawah tanah pada 2027, kami memproyeksikan peningkatan produksi emas BRMS menjadi 145,4koz," jelasnya.
Meski begitu, prospek BRMS juga memiliki sejumlah tantangan. Misalnya, liabilitas jangka pendek BRMS yang meningkat 71,98% menjadi US$ 145,12 juta hingga September 2024.
Menurutnya, kenaikan berpotensi menimbulkan risiko likuiditas, mengingat kas setara kas BRMS hanya US $23,15 juta pada periode yang sama.
"Meskipun secara kecukupan ratio BRMS masih tergolong cukup stabil, Net Gearing Rartio-nya pun masih tergolong cukup rendah," sebutnya.
Di sisi lain, BRMS dapat diuntungkan dari pendapatan dalam dolar Amerika Serikat (AS) sebagai eksportir emas. "Namun, potensi kenaikan biaya operasional dalam rupiah akibat tekanan pada nilai tukar perlu diantisipasi," sambungnya.
Dus, Kiwoom Sekuritas Indonesia merekomendasikan trading buy BRMS dengan target harga Rp 454. Adapun Samuel Sekuritas mempertahankan rating buy BMRS dengan target harga Rp 500.
"Risiko-risiko terhadap rekomendasi kami termasuk normalisasi harga emas, potensi tantangan pembiayaan, dan penundaan operasional dalam rencana ekspansi," imbuh Farras.
Selanjutnya: Saham CUAN hingga MMIX Bergerak Tak Wajar, Apa Efeknya ke Investor?
Menarik Dibaca: Cara Membersihkan Kuas Makeup yang Benar Menurut Dokter Kulit, Sudah Tahu?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News