Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
Sebelumnya, laporan terakhir dari biro statistik Amerika menyebutkan ketersediaan dan penambahan pekerjaan baru bulan lalu turun menjadi 27.000 dari 179.000 bulan sebelumnya. Faktor laporan eksternal tersebut diprediksi Sutopo bakal membuat rupiah menguat sementara.
Baca Juga: Dolar is the king, rupiah bakal lanjut tertekan di kuartal II-2020
Faktor lainnya yang turut mempengaruhi pergerakan USD/IDR masih seputar efek pandemi terhadap laporan data di kuartal II-2020. Ini mengingat, hampir rata-rata kinerja ekonomi dunia melorot sepanjang kuartal I-2020 karena banyak aktifitas ekonomi terhenti dari pabrik, barang, hingga jasa.
Untuk itu, Sutopo memperkirakan pergerakan rupiah di kuartal II-2020 akan mengambil nilai tengah Rp 16.000 per dolar AS sebagai acuan. Jika kondisi pandemi membaik ada kemungkinan rupiah bisa menguat ke area Rp 15.000 per dolar AS, sebaliknya rupiah bisa mencetak rekor baru di kisaran Rp 17.500 per dollar AS jika situasi memburuk.
Terkait kebijakan pemerintah yang melonggarkan pembayaran dividen, Sutopo menilai hanya mampu menahan pelemahan rupiah di jangka pendek.
Fokus utama pasar, kembali pada kondisi sebaran Covid-19 yang memiliki dampaknya luas seperti risiko inflasi meningkat, hingga ke aktivitas ekspor dan impor, konsumsi rumah tangga dan tingkat investasi yang terganggu.
Pekan depan, rupiah diprediksi masih akan tertekan dan bergerak di rentang Rp 16.500 per dolar AS hingga Rp 17.500 per dolar AS. "Jika kondisi wabah ini berlanjut terus, maka (rupiah) tetap akan jebol karena pertumbuhan ekonomi bisa jadi minus," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News