Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah gencar menerbitkan surat berharga negara (SBN) sebagai salah satu cara dalam menggalang dana untuk menutup defisit anggaran tahun ini. Selain mengadakan lelang SBN secara rutin tiap pekan, pemerintah juga masih punya empat kali penerbitan SBN ritel hingga akhir tahun nanti.
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), juga tengah menyiapkan instrumen pembiayaan baru yaitu obligasi diaspora atau diaspora bond pada November 2020 mendatang.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) DJPPR Kemenkeu Deni Ridwan pernah mengatakan, diaspora bond akan terbit dalam denominasi rupiah, memiliki tenor tiga tahun, bentuknya fixed rate, tanpa early redemption, dan transaksinya dilakukan melalui sistem e-SBN.
Baca Juga: Pemerintah akan terbitkan diaspora bond November 2020, siapa saja yang bisa beli?
Jika melihat tenornya yang tiga tahun, serta memiliki denominasi rupiah dan bentuknya fixed rate, struktur diaspora bond ini tidak banyak berbeda dengan ORI017. Banyak kalangan yang memprediksi besaran kupon ORI017 akan berada di kisaran 6,75% - 7%.
Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana menyebut dengan kriteria yang mirip dengan ORI017, ditambah dengan denominasinya yang rupiah bukan dolar Amerika Serikat, ia melihat kupon diaspora bond akan berbasis kupon domestik SUN.
“Merujuk SUN 3 tahun yang berada di sekitar 6.36% saat ini, harusnya kupon di antara rentang 6,75% - 7% sudah menarik. Terlebih bila dibandingkan deposito 1 tahun untuk bank BUKU IV yang hanya berada di angka 5,5%,” jelas Fikri ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (11/9).
Sementara Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai atraktifnya diaspora bond akan bergantung dengan perkembangan ekonomi ke depan. Pasalnya, besaran kupon 6,75% - 7% yang termasuk atraktif saat ini, bisa saja akan tidak terlalu menarik ketika diaspora bond benar diluncurkan pada November nanti.
“Dari segi bunga acuan dan kondisi ekonomi dunia kan masih bisa berubah. Selain itu ada kemungkinan investor yang diaspora ini akan membandingkan besaran kuponnya dengan instrumen obligasi di luar sana,” ujar Ramdhan.
Baca Juga: Soal diaspora bond, ekonom Bank Permata: Target pasar perlu diperhatikan lagi