Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor ritel masih menghadapi bisnis yang penuh tantangan. Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyebutkan, sentimen tersebut di antaranya seperti pertumbuhan PDB stagnan, rendahnya minat konsumen untuk membeli karena simpanan dalam sistem perbankan meningkat, peraturan pemerintah tentang impor, dan adanya perubahan preferensi belanja konsumen.
Pada kuartal III-2017, terdapat penurunan pertumbuhan penjualan same store sales growth (SSSG) yang berkepanjangan. Di antara beberapa retailer yang dianalisa oleh Mirae, hanya PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) yang berhasil membukukan kenaikan SSSG 11,1%.
Sebaliknya, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) membukukan SSSG negatif masing-masing sebesar -2,7% dan -0,7%. PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) belum merilis hasil kuartal III-2017.
"Kami berpikir bahwa intinya masih berada di zona yang mengkhawatirkan karena SSSG mereka yang lemah dan biaya operasional yang tinggi," kata Christine Natasya, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Rabu (15/11).
Sebagai tambahan, SSSG LPPF kuartal ketiga berada pada level -26%. Sebagian besar terbebani oleh penurunan volume karena tahun ini Idul Fitri terjadi pada kuartal II sedangkan tahun lalu ada pada kuartal III. Penjualan eceran hanya turun -1,7%.
Baik RALS maupun ACES tidak mengungkapkan angka triwulanan SSSG. Namun, angka bulanannya menunjukkan bahwa SSSG September ACES mencapai dua digit lagi, masuk 23,2%, mirip dengan angka bulan Juni. Sementara SSSG September RALS berada di zona negatif di -5,8%.
"Kami percaya SSSG ACES lebih baik karena didukung oleh peraturan pengendalian impor berisiko tinggi baru-baru ini, yang telah mengurangi persaingan di industri perbaikan rumah. Selain itu, ACES memiliki target pasar yang lebih tangguh dibanding RALS dan LPPF," tambah Christine.
Meskipun demikian, prospek pemain ritel di Indonesia diperkirakan akan meningkat secara marginal pada tahun 2018. Hal itu mengingat efek dasar yang rendah pada tahun 2017, terutama untuk perusahaan yang mendapat tekanan, seperti LPPF dan RALS.
Selain itu, pada 1 November 2017, pemerintah Indonesia mengumumkan kenaikan upah minimum. "Kami percaya bahwa tingkat upah minimum memberikan efek positif untuk daya beli konsumen, terutama dengan tidak adanya penyesuaian harga administered," ujarnya.
Dia menyukai ACES pada sektor ritel. Namun penilaian tampaknya melebar pada LPPF. ACES diperdagangkan pada 22,8x 2018F PE, sementara LPPF diperdagangkan pada 14,1x 2018F PE. "Oleh karena itu, kami menggeser preferensi kami ke LPPF karena kami yakin akan ada perubahan dalam SSSG perusahaan tahun depan menjadi 2% dibandingkan -2% pada tahun 2017," imbuhnya.
Selain itu, kenaikan harga komoditas diprediksi berpotensi membalikkan kinerja LPPF dan RALS di luar Jawa tahun ini. Meskipun demikian, dia tetap mempertahankan peringkat RALS karena ketidakpastian mengenai bisnis supermarket masih berlangsung.
Christine merekomendasikan trading buy LPPF dengan harga target Rp 12.350 per saham. "Meskipun demikian, risiko dari pelaku e-commerce besar, dan ketidakpastian yang timbul dari investasi mereka di mataharimall.com tetap ada," pungkasnya.
Christine merekomendasikan hold untuk saham ritel lain. Dia merekomendasikan hold untuk ACES dengan target harga Rp 1.490, RALS dengan target harga Rp 950, dan MPPA dengan target harga Rp 660 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News