Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sukuk Negara Ritel seri SR-008 mulai melenggang di pasar sekunder sejak akhir pekan lalu. Dalam sekejap, surat utang ini menjadi primadona baru di pasar sekunder. Hal tersebut terlihat dari harga SR-008 yang sudah berada di atas par 100.
Mengutip Bloomberg pada Selasa (12/4) pukul 16.55 WIB, harga SR-008 sudah di level 101,93. Lalu yield menyusut, dari semula 8,3% menjadi 7,59%. Jika harga obligasi terangkat, yield bakal tertekan. Sebaliknya, ketika harga obligasi terkoreksi, yield akan melambung.
Pada 10 Maret 2016, pemerintah meluncurkan SR-008 senilai Rp 31,5 triliun dengan kupon 8,3% dan holding period satu bulan. Obligasi negara ini bertenor tiga tahun.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menuturkan, investor gencar berburu SR-008 di pasar sekunder. Barang baru ini menarik minat pelaku pasar karena memberikan yield yang menggiurkan.
Besaran yield SR-008 bahkan lebih tinggi ketimbang yield Surat Utang Negara (SUN) seri acuan bertenor 11 tahun, yakni FR0056, yang mencapai 7,44%. Padahal risiko SUN tenor panjang tentu lebih besar ketimbang obligasi bertempo pendek.
Menurut Made, berbagai jenis investor agresif mengejar SR-008. Seperti investor ritel yang belum sempat menggenggam SR-008 di pasar primer bulan lalu. Serta investor institusi seperti dana pensiun, asuransi, perbankan, hingga manajer investasi.
Sebagian dana pensiun maupun asuransi disinyalir juga turut berburu SR-008 guna memenuhi kewajiban portofolio SUN. Dalam POJK No.1/POJK.05/2016, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan institusi, seperti dana pensiun, asuransi, dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memarkirkan dana minimal 10%-30% pada instrumen SUN sebelum akhir tahun 2016.
“Setidaknya, dua pekan ini, terjadi pengalihan kepemilikan SR-008 dari investor ritel ke institusi. Misalnya manajer investasi yang meracik menjadi portofolio produk reksadana,” terangnya. Obligasi negara seperti SR-008 dapat menjadi aset dasar produk reksadana campuran, reksadana pendapatan tetap, hingga reksadana terproteksi.
Menuju harga 102,5
Sedangkan Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Anil Kumar berpendapat, sebagian investor ritel akan menjual SR-008 di pasar sekunder. Sebab, mereka tergiur oleh kenaikan harga (capital gain).
Namun, hati-hati kenaikan harga SR-008 cenderung terbatas. “Investor yang bersifat spekulasi, sudah bisa menjual obligasi mereka,” imbuhnya.
Namun, SR-008 tetap menjadi efek surat utang yang berkilau bagi investor dengan horizon investasi tiga tahun. Anil memproyeksikan, akhir semester I-2016, yield SR-008 berpeluang merosot ke 7,3%-7,5%.
Investor semakin tertarik mengoleksi SR-008. Sebab, masih ada ruang bagi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) alias BI rate sekitar 25 bps–50 bps dari level saat ini 6,75%. Pelonggaran kebijakan moneter tersebut akan terwujud asal tingkat inflasi dalam negeri terjaga di level rendah.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, per Maret 2016, inflasi Indonesia sebesar 0,62% (ytd). Pemerintah membidik target inflasi tahun 2016 sebesar 4% (±1%). Made menduga, hingga akhir semester I-2016, harga SR-008 berpotensi melambung ke level 102,5. “Yield yang atraktif ketimbang SUN bertenor sama akan mendorong minat investor,” terkanya.
Namun Made menyarankan, investor ritel yang gagal menghimpun SR-008 agar tetap tenang. Sebab, pemerintah berencana meluncurkan Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR002. Penawaran SBR002 berlangsung pada 28 April 2016–19 Mei 2016.
Bedanya, instrumen bertenor dua tahun ini tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. “SBR002 bisa jadi alternatif jika kuponnya menarik,” tutur Made.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News