Reporter: Dyah Megasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pasar Surat Utang Negara (SUN) di Indonesia semakin suram. Hal ini terlihat dari harga SUN yang murah dengan imbal hasil (yield) yang semakin tinggi. Bahkan jika dibandingkan dengan global bond lainnya dalam satu kawasan regional, Indonesia mencetak ranking paling depan dalam memimpin kemelorotan harga.
Misalnya saja, jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, terdapat perbedaan yang sangat mencolok atas harga surat utang negara bertenor sepuluh tahun. Bond Malaysia bertenor sepuluh tahun, misalnya, dihargai 101 dengan yield sebesar 4,11%. Sementara bond Singapura ditransaksikan 109 dengan yield yang diberikan hanya 2,9%. Tetangga lainnya seperti Filipina, harga bond-nya 92,79 dengan yield 8,9%.
Bagaimana dengan Indonesia? Nah, harga SUN Indonesia sangat murah. Untuk SUN bertenor sepuluh tahun seperti FR0048, harganya mencapai titik terendah sepanjang tahun menyentuh 51 dengan yield yang terus membengkak lebih dari 20%.
Menurut Analis Obligasi Danareksa Sekuritas Budi Susanto, ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu. Salah satunya yaitu penarikan dana atawa redemption yang terjadi di Indonesia sangat besar dibandingkan negara berkembang lainnya meskipun kondisi pasarnya sedang sama-sama lesu darah. "Nah, itu bisa diartikan bahwa risiko pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih besar dibanding dengan negara lain dalam satu kawasan," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News