Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Segmen on-demand GOTO juga diharapkan semakin tumbuh di tengah pemulihan permintaan pasca-pandemi saat ini dan seiring pemulihan perekonomian negara.
“Kenaikan tarif oleh pemerintah baru-baru ini untuk layanan transportasi sepeda motor berbasis aplikasi kemungkinan akan "hanya berdampak kecil" pada tingkat pengambilan berdasarkan permintaan secara keseluruhan,” tulis Bhasin.
Baca Juga: Naik 5 Hari, IHSG Tembus 7.000 di Awal Perdagangan Jumat (21/10)
Sentiment positif lainnya adalah dari mulai beroperasinya beberapa layanan keuangan sebagai sumber pendapatan baru bagi GOTO yang dinilai akan menjadi salah satu katalis percepatan pendapatan.
“Kami mengharapkan inisiatif ini untuk menumbuhkan pendapatan kotor pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sekitar 38 persen dan pendapatan bersih pada CAGR 64 persen dari 2022 hingga 2025,” Bhasin menerangkan.
Memang, kata dia, EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) GOTO masih akan membutuhkan waktu untuk mencapai titik impas. Setidaknya butuh tambahan waktu dua tahun.
Meski begitu, pihaknya menilai ekuitas GOTO sebesar US$20 miliar menyiratkan target harga Rp250 per saham. ”Pada harga saham saat ini, Goto diperdagangkan pada EV/GTV 0,3x atau lebih tinggi dibandingkan Grab dan Sea di angka 0,2x. Mencerminkan pertumbuhan GTV (Gross Transaction Value) yang lebih tinggi untuk GoTo,” terusnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News