Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Depresiasi rupiah menambah tantangan sejumlah emiten tahun ini. Terlebih, mereka yang memiliki pemasukan dalam rupiah, tapi memiliki utang dalam dollar Amerika Serikat (AS) yang juga tak sedikit.
Setidaknya, potensi tekanan sudah tercermin dari asumsi penggunaan kurs dalam laporan keuangan masing-masing emiten.
Misalnya, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR). Semua transaksi yang LPKR lakukan sepanjang kuartal I-2018 sudah menggunakan asumsi kurs Rp 13.756 per dollar AS. Asumsi itu naik 1,5% dibandingkan periode 31 Desember 201 yaitu kurs Rp 13.548 per dollar AS.
Asumsi yang sama juga digunakan oleh PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT MNC Investama Tbk (BHIT) dan PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL).
"Asumsi kurs akan terus berubah karena memakai rata-rata satu tahun dan itu sudah pasti naik," ujar analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra, Jumat (29/2).
Direktur GJTL Catharina Wijaya mengaku, kondisi saat ini terbilang cukup berat terutama di level operasional. Terlebih, ekspor perusahaan juga sedang turun. "Tapi, itu masih bisa kami kelola," ujarnya, Jumat (29/2).
Sepanjang kuartal I-2018, penjualan ekspor GJTL tercatat Rp 696,81 miliar. Angka ini menyusut 21% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sejumlah Rp 886,89 miliar.
Secara konsolidasi, penjualan GJTL di tiga bulan pertama tahun ini hanya naik 2% menjadi Rp 3,86 triliun dari sebelumnya Rp 3,77 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News