Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Mata uang rupiah terhadap dollar AS menguat tipis setelah kemarin (26/3) ditutup di level paling lemah sepanjang 2012. Selasa (27/3) pada pukul 8.56 WIB, pairing USD/IDR berada di level 9.186 dari 9.204 di hari sebelumnya.
Dealer Forex Bank Rakyat Indonesia (BRI) Putu Andi Wijaya menuturkan, sentimen negatif dalam negeri berupa demonstrasi menentang kenaikan subsidi, tidak akan mempengaruhi pergerakan rupiah.
Menurut Putu, saat ini pelaku pasar mulai jeli bahwa kebijakan kenaikan harga BBM pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. "Hari ini (27/3), arus demand dan supply rupiah cenderung seimbang," kata Putu, Selasa (27/3).
Dia menambahkan, investor saat ini masih menunggu perkembangan berita di dalam negeri dan perkembangan berita global. Di AS, misalnya, meski perkembangan ekonomi mulai membaik, namun psikologi investor masih sensitif terhadap perkembangan data dan berita.
"Oleh karena itu indeks dollar juga kembali terkoreksi setelah hampir menembus level resistancenya di 80-an, yang menandakan investor masih wait and see," jelas Putu.
Putu memperkirakan rupiah hari ini (27/3) akan bertengger di kisaran 9.165-9.195.
Sementara Apressyanti Senthaury, analis Divisi Treasury Bank BNI melihat rupiah masih konsolidasi dengan kecenderungan melemah. Level resistance kuat rupiah berada di level 9.230 dan support di posisi 9.145.
Menurut Appressyanti, prediksi naiknya inflasi sebagai dampak dari peningkatan harga BBM pada 1 April mendatang, masih berpotensi membuka peluang rupiah untuk terkoreksi.
Namun rencana lelang sukuk bertarget indikatif Rp 1 triliun pada hari ini diprediksi mampu menarik membuat rupiah terapresiasi lagi. "Begitu pula dengan level Non Delivery Forward (NDF) rupiah di pasar valuta asing yang menguat pada sesi pagi, Selasa (27/3), diharapkan mampu memberi tenaga bagi rupiah untuk menguat," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News