Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Efek pernyataan Federal Reserve yang akan mempertahankan level suku bunga acuan rendah membuat rupiah masih bisa menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ekonom memproyeksikan deflasi Agustus bisa menyokong penguatan rupiah selanjutnya.
Mengutip Bloomberg, Senin (31/8), rupiah menguat 0,47% ke Rp 14.562 per dolar AS. Sementara, kurs tengah Bank Indonesia mencatat rupiah menguat 1% ke Rp 14.554 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah menguat 0,47% ke Rp 14.563 per dolar AS pada akhir perdagangan Senin (31/8)
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail Zaini mengatakan, penguatan rupiah hari ini masih dipengaruhi oleh target inflasi AS di atas 2%. "Dengan target inflasi yang tinggi dalam lima tahun ke depan The Fed diproyeksikan akan terus menjaga suku bunga di level rendah," kata Mikail, Senin (31/8).
Seiring dengan rendahnya level suku bunga The Fed, rupiah jadi diuntungkan. Selain itu, Mikail mengamati penguatan rupiah juga didukung oleh inflow yang masuk ke pasar obligasi. "Investor asing sementara pindah ke pasar obligasi sehingga rupiah menguat," kata Mikail.
Baca Juga: IHSG anjlok 2,02% ke 5.238 pada Senin (31/8), tiga saham bank BUMN dijual asing
Pergerakan rupiah, Selasa (1/9), akan dipengaruhi oleh data inflasi periode Agustus. Mikail memproyeksikan akan terjadi deflasi sebesar 0,04% secara bulanan dan 1,3% secara tahunan untuk periode Agustus. Sekedar informasi, inflasi tahunan Juli sebesar 1,54% jadi yang terendah sejak 20 tahun lalu.
"Kalau deflasi rupiah bisa menguat karena menandakan permintaan impor belum signifikan tumbuh dan kebutuhan dolar AS menurun," kata Mikail. Dia memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 14.500 per dolar AS hingga Rp 14.550 per dolar AS pada perdagangan besok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News