Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menambahkan, efek penggunaan LCT jelas akan menurunkan dominasi dolar AS. Namun, hal ini akan terjadi secara perlahan.
Ia memperkirakan dalam jangka pendek, periode 1-5 tahun ke depan dolar AS masih akan mendominasi. "Mungkin 10 tahun kemudian ketika porsi ekonomi AS sudah tidak sebesar sekarang," katanya.
Di sisi lain, China juga bertujuan menjadikan Yuan sebagai mata uang dunia. Hanya saja, tujuan tersebut dinilai tidak akan mudah, mengingat dolar AS bukan hanya mendominasi perdagangan, tetapi juga sebagai instrumen investasi sebagai safe haven serta mendominasi cadangan devisa negara.
Baca Juga: Ini Peristiwa yang Mempercepat Dedolarisasi Menurut Robert Kiyosaki
"Saya melihat efek terhadap mata uang secara langsung tidak besar, nilai dolar AS terhadap negara yang menggelar LCT masih tetap tergantung pada fundamental ekonomi negara masing-masing," paparnya.
Meski begitu, dari sejumlah negara yang menggalakan LCT pada akhir tahun diperkirakan mata uangnya akan membaik. Lukman mencontohkan rupiah akan bergerak di Rp 15.000 - Rp 15.400 per dolar AS, lalu ringgit di kisaran MYR 4,3 - MYR 4,5 per dolar AS, dan bath pada rentang THB 32 - THB 33 per dolar AS.
"Khususnya THB perlu dicermati perkembangan politik yang bisa positif maupun negatif bagi mata uang mereka," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News