Reporter: Yuwono Triatmodjo, Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Detail skema penyelesaian utang PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kepada China Investment Corporation (CIC) mulai terang. Kemarin, BUMI memberikan penjelasan lebih rinci kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) soal penyelesaian utang ke CIC tersebut. Isinya, kurang lebih sama dengan tulisan Harian KONTAN edisi 11 Oktober 2013.
Nah, dalam penjelasannya, manajemen BUMI menyebutkan, jumlah kewajiban BUMI kepada CIC tercatat US$ 1,78 miliar. Nilai utang itu terbagi tiga bagian. Pertama, utang pokok senilai US$ 1,3 miliar. Jumlah utang pokok ini terbagi menjadi dua, yakni commitment B senilai US$ 600 juta yang jatuh tempo 30 September 2014, serta commitment C sebanyak US$ 700 juta yang bakal habis masa waktunya 30 September 2015.
Kedua, utang yang oleh manajemen BUMI disebut sebagai make whole premium, senilai US$ 425 juta. Dalam tulisan di harian KONTAN adisi Jumat (11/10), utang ini sebagai penalti akibat tindakan BUMI mempercepat pelunasan utang ke CIC. Lalu, ketiga, merupakan utang bunga atas pinjaman BUMI ke CIC yang ditangguhkan pembayarannya hingga November 2013 sebesar US$ 62 juta.
Lalu bagaimana penyelesaiannya? Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI dalam penjelasannya ke bursa menyebutkan, BUMI akan menyelesaikan utang pokok senilai US$ 1,3 miliar dengan menyerahkan beberapa asetnya. Yakni, 19% saham PT Kaltim Prima Coal (KPC) bernilai sekitar US$ 950 juta, dan 42% saham PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS) yang ditaksir senilai US$ 257,4 juta.
BUMI akan menambah pembayaran utang dengan menerbitkan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue) senilai
US$ 150 juta. Namun, manajemen BUMI belum menyebutkan berapa jumlah saham baru yang kelak akan diterbitkan. "Perseroan akan menyampaikan keterbukaan informasi sebagaimana mestinya pada saat transaksi saham BRMS dan KPC telah dirampungkan," jelas Dileep.
Nah, atas asumsi penilaian aset BRMS dan KPC tersebut, pihak BUMI mengaku masih menunggu penilaian dari penilai independen untuk menentukan harga wajar.
Asal tahu saja, dalam penjelasannya, kemarin, BUMI tidak menyinggung pelepasan saham anak usaha yang lain, yakni Indocoal Resource (cayman) Ltd dan PT Indocoal Kaltim Resources sebagai bagian dari skema penyelesaian utang. Padahal, sebelumnya 19% saham kedua anak usaha BUMI itu juga masuk dalam daftar aset yang akan diserahkan ke CIC.
Dari penyerahan saham anak usaha dan rencana rights issue itu, utang BUMI ke CIC masih tersisa 430 juta. Nah, BUMI akan mengonversikan nilai utang ini sebagai pinjaman berdurasi tiga tahun. Pinjaman ini dikenai bunga suku bunga antar bank London alias London Interbank Offered Rate (LIBOR) plus 6,7% per tahun.
Suspensi belum dibuka
Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities dalam risetnya menulis, BUMI bisa mengurangi rugi bersih di kuartal III 2013 sebesar 24,5% year on year (yoy). Pada periode sama 2012, BUMI menderita rugi bersih senilai US$ 632,49 juta. Sebagai catatan, prediksi Harry tersebut dibuat sebelum BUMI mengumumkan transaksi penyelesaian utang dengan CIC.
Gara-gara persoalan utang, banyak analis tak merekomendasikan beli saham emiten batubara ini. Dari daftar analis di Bloomberg yang menghitung valuasi saham BUMI, kini tak satu pun yang merekomendasikan buy. Dari 12 analis, sembilan merekomendasikan sell, tiga lainnya menyarankan hold.
Berdasarkan konsensus di antara para analis tersebut, target harga BUMI hingga 12 bulan ke depan hanya sebesar Rp 419 per saham. Sebagai perbandingan, harga saham BUMI, pada perdagangan 9 Oktober sebesar Rp 485 per saham.
Per 10 Oktober 2013, saham BUMI telah disuspensi otoritas bursa. BEI belum memberikan penjelasan kapan suspensi saham BUMI ini akan dilepas, meski kini BUMI telah memberikan jawaban lebih rinci.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News