Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daya beli masyarakat berpotensi meningkat pada tahun depan. Hal ini dapat mendorong kinerja perusahaan barang konsumer, termasuk PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja mengatakan, saat ini perusahaan milik Grup Salim tersebut menguasai 70% pangsa pasar mi instan di Indonesia. Kontribusi produk mi instan terhadap penjualan emiten ini mencapai 63%. "Berbekal distribusi kelompok Indofood yang tersebar di seluruh Indonesia, seharusnya ICBP tidak kesulitan menjangkau konsumennya," kata dia, Rabu (20/12).
Pertumbuhan volume penjualan ICBP juga akan dipengaruhi oleh tingkat konsumsi masyarakat Indonesia. Hal ini lantaran 92% hasil penjualan ICBP berasal dari pasar domestik.
Ia bilang, rencana pemerintah menaikkan upah minimum provinsi (UMP) sebesar 8,71% di tahun depan diharapkan bisa meningkatkan level daya beli masyarakat. Jika kenaikan UMP lebih besar dari inflasi, konsumsi masyarakat akan terdongkrak. Alhasil, emiten yang bergerak di sektor barang konsumer dengan segmen masyarakat menengah ke bawah, seperti ICBP, akan sangat diuntungkan oleh kondisi tersebut.
Analis Kresna Sekuritas Stella Amelinda memperkirakan, potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,5% di tahun depan. Hal ini juga jadi katalis positif untuk kinerja ICBP.
Menurut Stella, untuk menggenjot kinerjanya, ICBP membuat inovasi mi instan dengan rasa khas daerah tertentu. Apalagi, konsumen ICBP telah tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Selain itu, fundamental ICBP pun masih tergolong stabil. Ini tercermin dari kinerja keuangan perusahaan hingga kuartal III lalu.
Pada periode itu, pendapatan ICBP naik 3,62% menjadi Rp 27,43 triliun secara year on year (yoy). Laba bersih ICBP juga naik 7,4% yoy menjadi Rp 3,04 triliun.
Hanya saja, secara kuartalan kinerja ICBP sebenarnya menurun. Jika pada kuartal II-2017 ICBP mampu meraih pendapatan sebesar Rp 9 triliun, maka pada kuartal III-2017 angka ini turun tipis 0,4% menjadi Rp 8,9 triliun.
Dari segi laba bersih, ICBP sempat meraup untung hingga Rp 1 triliun pada kuartal II 2017 lalu. Namun, laba bersih perusahaan turun 5,1% menjadi Rp 950 miliar pada kuartal selanjutnya. "Lambatnya pertumbuhan ICBP disebabkan masih lemahnya daya beli konsumen hingga kuartal III ini," tutur Kevin Rusli, analis Indo Premier Sekuritas, dalam riset 1 November lalu.
Memang, sektor fast moving consumer good (FMCG) hanya mampu tumbuh 2,6% sampai akhir kuartal tiga kemarin. Padahal, di periode yang sama tahun 2016, angka pertumbuhan untuk sektor ini masih mencapai 9%.
Prospek saham
Sepanjang tahun ini, ICBP juga dibayangi tingginya tingkat persaingan, terutama di produk selain mi instan. Alhasil, laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) ICBP di produk susu, makanan ringan dan minuman masing-masing turun 39,3%, 72,5%, dan 10,2% pada kuartal III-2017 lalu. Selain itu volume penjualan makanan dan minuman nasional memang sedang turun sekitar 2,3% sepanjang tahun ini.
Menurut Stella, konsumen mengalihkan pengeluarannya untuk aktivitas rekreasi atau menyimpannya sebagai tabungan di bank. "Dampaknya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga menjadi lebih lambat dan hal tersebut kurang menguntungkan untuk emiten yang bergerak di bidang barang konsumer seperti ICBP," ungkap dia dalam riset 2 November.
Namun, Stella menilai, ICBP terbukti masih bisa bertahan di tengah lesunya sektor FMCG sepanjang tahun ini. Nah, tahun depan, ICBP bisa tumbuh lebih baik.
Stella memperkirakan, ICBP dapat meraih pendapatan Rp 38,46 triliun pada akhir tahun 2017. Pendapatan ini berpotensi meningkat menjadi Rp 42,65 triliun pada tahun 2018 mendatang.
Sementara itu, laba bersih ICBP diproyeksikan mencapai Rp 3,98 triliun pada akhir tahun ini. Tahun depan, laba bersih bisa melonjak menjadi Rp 4,45 triliun.
Karena banyaknya faktor positif di tahun depan, Stella merekomendasikan buy ICBP. Ia mematok target harga di Rp 9.800 per saham.
Namun, menurut Joni, pergerakan harga komoditas bisa menjadi risiko terhadap kinerja ICBP. Pasalnya, bahan baku mi instan berupa gandum diimpor dari negara lain. "Jika ada kenaikan harga gandum, pengeluaran produksi ICBP bisa meningkat," kata dia.
Meski demikian, Joni tetap mempertahankan rekomendasi buy untuk saham ICBP dengan memasang target harga Rp 10.200 per saham. Target harga ini mencerminkan price earning ratio (PER) tahun 2018 sebesar 29,6 kali.
Adapun Kevin merekomendasikan hold saham ICBP pada target harga Rp 9.300 per saham. Pada perdagangan kemarin, saham ICBP ditutup menguat 0,56% menjadi
Rp 8.925 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News