Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat setelah data inflasi Indonesia periode Juli sesuai ekspektasi pelaku pasar. Sementara, dolar AS cenderung melemah setelah The Fed menyatakan belum akan menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.
Mengutip Bloomberg, Senin (2/8), rupiah menguat 0,28% ke Rp 14.423 per dolar AS. Kompak, kurs Jisdor Bank Indonesia (BI) juga menguat 0,04% ke Rp 14.456 per dolar AS.
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Puteri mengatakan rupiah menguat karena inflasi Juli yang sebesar 0,08% sesuai dengan proyeksi pelaku pasar, sehingga tidak memberi sentimen pada rupiah.
Sedangkan, pernyataan The Fed beberapa hari lalu bahwa tidak akan tergesa-gesa dalam melakukan tapering off dan menaikkan suku bunga acuannya membuat dolar AS cenderung melemah.
Baca Juga: IHSG menguat 0,44% pada Senin (2/8), asing jual saham BBCA, BBRI, dan BMRI
Sementara, Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong mengatakan pelemahan dolar AS lebih banyak mempengaruhi penguatan rupiah. Ke depan, Lukman mengatakan pelaku pasar akan menanti data tenaga kerja AS untuk menentukan pertumbuhan ekonomi AS.
Reny memproyeksikan pergerakan rupiah selanjutnya akan cenderung menguat. "Data ekonomi domestik cukup bagus, sementara sentimen negatif dari eksternal mereda, rupiah berpotensi menguat," kata Reny, Senin (2/8).
Selanjutnya, pergerakan rupiah akan dipengaruhi oleh data pertumbuhan ekonomi domestik kuartal kedua 2021. Reny memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 6%-7% di periode tersebut. Penyebabnya, di April dan Mei aktivitas masyarakat sempat dibuka kembali sebelum kini diperketat.
Reny memproyeksikan rupiah di perdagangan Selasa (3/8), menguat di rentang Rp 14.350 per dolar AS-Rp 14.585 per dolar AS. Sementara, Lukman memproyeksikan rupiah menguat di rentang Rp 14.350 per dolar AS-Rp 14.500 per dolar AS.
Selanjutnya: Kompak, rupiah Jisdor menguat 0,04% ke Rp 14.456 per dolar AS pada Senin (2/8)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News