Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar euro melemah. Melawan dollar Amerika Serikat, misalnya, euro masih tersudut. Perbaikan data ekonomi AS mengerek permintaan the greenback.
Pada penutupan transaksi Jumat (20/4), EUR/USD berbalik melemah 0,46% ke 1,2288. Di tengah sesi perdagangan, euro masih menguat 0,02% ke 1,2347. "Ada beberapa sentimen positif mampu menutupi sentimen negatif dari ketidakpastian arah kebijakan Presiden Donald Trump terkait Suriah dan pajak impor," ujar Analis Global Kapital Investama Berjangka Alwy Assegaff, akhir pekan lalu.
Dari sisi euro, valuta ini justru mendapat banyak tekanan. Sejak sinyal pengurangan stimulus oleh European Central Bank (ECB) mulai meredup, mata uang utama negara benua biru ini kian melemah. Apalagi para pejabatnya malah meragukan kurs euro bisa terus menguat. "Selama ini yang mengangkat euro, kan, ekspektasi tapering," ungkap Alwy.
Dia memperkirakan EUR/USD masih bisa melanjutkan pelemahan. Pasar juga mengantisipasi hasil rapat ECB selanjutnya. Jika tidak ada indikasi pengurangan stimulus, euro semakin terpuruk.
Di hadapan yen Jepang, euro juga tak kuasa. Pada Jumat lalu, pasangan EUR/JPY terkoreksi 0,20% ke level 132,28. "Data zona euro mengecewakan," ujar Wahyu Tribowo Laksono, analis Central Capital Futures.
Inflasi tahunan kawasan Uni Eropa hanya naik 1,3% dari 1,1%. Semula inflasi diprediksi mencapai 1,4%. Ini mengurangi harapan pasar ECB akan mengambil kebijakan moneter lebih hawkish. "Pasar bertaruh ECB paling cepat baru akan menaikkan suku bunga acuan pada akhir kuartal II," imbuh Wahyu.
Jepang sendiri sejatinya masih diselimuti sentimen negatif pasca pertemuan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden AS Donald Trump. Abe gagal membujuk Trump kembali masuk Kemitraan 12 negara Trans-Pasifik (TPP). Di sisi lain, Jepang tetap termasuk negara yang dikenai pajak impor AS.
Namun yen masih diselamatkan perannya sebagai aset lindung nilai. Ketidakpastian pemerintahan Trump dan kondisi geopolitik yang tidak menentu masih membuat investor memburu yen.
Sementara, euro menguat di hadapan poundsterling. Akhir pekan lalu, EUR/GBP naik 0,15% ke 0,8776. "Beberapa data ekonomi Inggris mengecewakan," ujar analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra.
Inflasi Inggris pada Maret di level 2,5%, atau terendah selama satu tahun. Hal ini mengurangi ekspektasi Bank of England untuk menaikkan suku bunga acuannya. Penjualan ritel Inggris pada Maret juga turun 1,2%, lebih rendah dari estimasi penurunan 0,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News