Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Data ekonomi China menjadi sentimen pendorong harga nikel dalam sepekan terakhir. Analis memprediksi penguatan harga nikel masih akan berlanjut hingga sepekan ke depan.
Mengutip Bloomberg, Kamis (14/4) harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,11% ke level US$ 8.995 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, nikel menanjak 7,2%.
Andri Hardianto, Analis PT Asia Trade Point Futures mengatakan, laporan cadangan nikel di LME pada Rabu (13/4) turun menjadi 427.200 ton dari sebelumnya 428.700 ton. Hal tersebut menjadi sentimen positif yang mengangkat harga nikel. Di samping itu, data - data ekonomi China yang dirilis sepekan terakhir juga menunjukkan hasil positif.
Inflasi bulan Maret tetap di level 2,3% sementara producer price index (PPI) membaik ke angkaminus 4,3% dari sebelumnya minus 4,9%. Lalu angka ekspor dalam mata uang USD naik 11,5% dibanding periode sama tahun lalu. "Faktor lain adalah menguatnya harga minyak mentah dunia yang juga berimbas pada kenaikan harga komoditas lainnya," papar Andri.
Di awal bulan April, China juga merilis data manufaktur yang akhirnya tumbuh untuk pertama kali dalam sembilan bulan ke level 50,2 dari sebelumnya 49,0. Andri mengatakan, kondisi nikel mirip dengan komoditas logam lain seperti tembaga dan aluminium. Komoditas tersebut sangat tergantung pada aktivitas industri, manufaktur, infrastruktur dan properti.
Akhir pekan ini China pun merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2016 sesuai prediksi yakni 6,7% meski turun dari kuartal sebelumnya 6,8%. Data industrial production naik ke level 6,8% dari sebelumnya 5,4% sementara Fixed Asset Investment menguat ke angka 10,7% dari sebelumnya 10,2%. Andri memperkirakan harga nikel akan kembali menguat sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News