Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Jika harga komoditas logam industri lainnya berhasil mendulang kenaikan sepanjang kuartal satu 2016, lain cerita dengan nikel.
Mengutip Bloomberg, Jumat (1/4) harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange terkikis 2,0% ke level US$ 8.320 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Begitu juga sepanjang kuartal satu 2016 ini, harga nikel sudah menukik 3,74%.
“Tekanan datang akibat lemahnya permintaan dari China, padahal China merupakan konsumen terbesar nikel. Efeknya, pasokan berlimpah dan menekan harga,” kata Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka.
Puncaknya, pada 11 Februari 2016 lalu harga nikel menyentuh level terendahnya sejak Maret 2003 lalu di US$ 7.595 per metrik ton.
Itu akibat dari bayang-bayang oversupply yang masih akan menghantui. Sementara keputusan para produsen nikel seperti Global Ferronickel, Glencore Plc dan BHP Billiton diprediksi Goldman Sachs Inc tidak akan membantu banyak bagi harga.
Walau memang pada 7 Maret 2016 lalu harga nikel sama seperti harga komoditas logam industri lainnya menyentuh level tertinggi sejak November 2015 di US$ 9.385 per metrik ton.
“Penyebabnya datang dari prediksi pasar dovish The Fed dan terbentuknya kesepakatan Oil Freeze yang kemudian menopang harga komoditas termasuk nikel,” papar Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News