kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Darma Henwa (DEWA) optimistis capai produksi 17 juta ton batubara hingga akhir 2019


Kamis, 12 September 2019 / 22:13 WIB
Darma Henwa (DEWA) optimistis capai produksi 17 juta ton batubara hingga akhir 2019
ILUSTRASI. Darma Henwa DEWA


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Darma Henwa Tbk (DEWA) menargetkan dapat mengeruk 17 juta ton batubara hingga pengujung 2019. Target ini naik dari realisasi produksi tahun 2018 yakni sebanyak 13,5 juta ton.

Per Juli 2019, emiten konstruksi tambang batubara ini telah merealisasikan hampir 50% dari target produksi.

“Bulan Juli sudah terealisasi 8,4 juta ton,” terang Sekretaris Perusahaan DEWA Mukson Arif Rosyid kepada Kontan.co.id, Kamis (12/9).

Angka ini naik cukup pesat dibandingkan periode Juni 2019 yang berkisar 6,77 juta ton atau sekitar 39,8% dari total target.

Di tengah kemerosotan harga batubara, Mukson mengaku tetap optimistis target 17 juta ton ini akan terpenuhi hingga akhir 2019. Sebab, DEWA telah melakukan perbaikan dan perawatan alat-alat berat. Di sisi lain, cuaca saat ini juga turut mendukung operasional DEWA.

Baca Juga: Selisih kurs menambah beban, Darma Henwa (DEWA) menyebut penguatan rupiah terkendali

Optimisme DEWA ditambah dengan adanya kucuran kredit dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebanyak US$ 115,86 juta yang cair pada April 2019.

Sebanyak US$ 98,8 juta di antaranya digunakan untuk pembiayaan peralatan pertambangan. Pembiayaan ini nantinya bakal akan meningkatkan kapasitas produksi DEWA.

Peningkatan produksi juga didukung dengan penggunaan belanja modal (capital expenditure/capex) yang sebagian besar digunakan untuk belanja mesin dan peralatan.

Per Juni 2019, DEWA telah menyerap Capex sebesar US$ 10,52 juta dan US$ 10,32 di antaranya digunakan untuk membeli mesin dan peralatan.

Di sisi lain kinerja perseroan juga tidak lepas dari adanya manajemen baru di tubuh DEWA. Untuk diketahui, pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada Juni 2019 silam, forum menyetujui pengangkatan Saptari Hoedaja sebagai Presiden Direktur.

Baca Juga: Pendapatan Naik, Darma Henwa (DEWA) Masih Menderita Kerugian Meski Mulai Menyusut

Pengalaman dan kapasitas Saptari Hoedaja di bidang industri khususnya pertambangan batubara dipercaya akan membawa dampak positif bagi kinerja DEWA.

“Jadi, dengan pengalaman dan kapasitas beliau untuk memperbaiki fundamental dan meningkatkan kapasitas baik itu alat dan tenaga kerja sehingga dampaknya sangat terasa,” tambah Mukson.

Meski masih enggan menyebut nilai spesifik, Mukson menargetkan produksi batubara pada 2020 lebih tinggi dibanding tahun ini. “Angkanya masih belum bisa kami ungkap, tetapi tentu kami ingin produksi tahun depan harus lebih baik dari tahun ini,” harapnya.

Selain dari segmen tambang batubara, DEWA juga tengah melirik potensi dari segmen non batubara. “Memang coal (batubara) masih mendominasi tetapi non-coal pun punya potensi yang bagus,” lanjutnya. DEWA memiliki tiga pilar bisnis utama yakni Coal, Non-Coal, dan Port Service Project lewat PT Dire Pratama.

Baca Juga: Produksi batubara Darma Henwa (DEWA) per semester satu mencapai 6,77 juta ton

Untuk diketahui, pada separuh pertama 2019 pendapatan DEWA tercatat naik menjadi US$ 129,575 juta atau naik 11,7% dari periode 2018 sebesar US$ 116,02 juta.

Pendapatan terbesar masih disumbang oleh pendapatan dari pihak berelasi yakni sebesar US$ 125,31 juta atau 96,71% dari total pendapatan. Sementara sisanya (3,29%) disumbang oleh pendapatan dari pihak ketiga.

Meski demikian, sepanjang semester pertama 2019 DEWA masih mencatatkan kerugian. Tercatat, DEWA masih membukukan kerugian yang diatribusikan ke entitas induk sebesar US$ 1,57 juta.

Rugi ini terutama disebabkan oleh selisih kurs yang berbalik arah menjadi rugi sebesar US$ 1,4 juta, padahal sebelumnya DEWA mencatatkan laba kurs US$ 3,26 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×