Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan evaluasi mayor indeks LQ45, Jumat (24/7). Ada tiga saham baru yang menjadi konstituen indeks LQ45, yaitu PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
Ketiga saham itu menggantikan PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).
Baca Juga: Catat, ini saham-saham yang jadi penghuni baru indeks LQ45 dan IDX30
Di antara ketiga saham yang menjadi konstituen baru LQ45 itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony paling menjagokan MDKA. Menurutnya, bisnis MDKA memiliki prospek paling baik didorong oleh kondisi pasar saat ini.
"Harga emas yang terus melakukan penguatan membuat harga saham MDKA juga ikut naik," jelas Chris ketika dihubungi Kontan.co.id, Minggu (26/7).
Asal tahu saja, di tengah kondisi ekonomi yang dinilai masih rawan, harga emas berpotensi terus meningkat. Sebab, investasi emas dianggap lebih minim risiko atau safe haven. Menurut Chris, hingga akhir tahun harga emas masih berpotensi naik selama ekonomi global belum stabil.
Sekadar informasi, harga emas di pasar spot pada akhir tahun 2019 berada di level US$ 1.517,27 per ons troi. Pada akhir Juni 2020, harga emas berada di level US$ 1.780,96 per ons troi. Dengan kata lain, harga emas sudah meningkat 17,38%.
Baca Juga: IHSG diperkirakan melemah pekan depan, simak sentimen pemicunya
Adapun pada Jumat (24/7), harga emas sudah mencapai US$ 1.902,02 per ons troi. Berdasar catatan Kontan.co.id, level tersebut tertinggi sejak 2011.
Kenaikan harga emas ini bisa mengerek pendapatan usaha MDKA ke depan. Adapun hingga kuartal I 2020, MDKA membukukan kenaikan pendapatan usaha hingga 13,15% year on year (YoY) menjadi US$ 103,77 juta dari sebelumnya US$ 91,71 juta.
Pendapatan itu sebagian besar dikontribusikan dari proyek Tujuh Bukit hingga US$ 89,57 juta. Setelahnya disusul dari Proyek Wetar hingga US$ 13,81 juta. Sementara pendapatan dari lainnya mencapai US$ 6,32 juta.
Akan tetapi, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk justru di kuartal I 2020 tercatat menurun 26,29% menjadi US$ 14,97 juta dari sebelumnya US$ 20,31 juta.
Baca Juga: IHSG diprediksi turun pada Senin, analis Phintraco: Jangan agresif buy on support
Walau laporan keuangan terakhir MDKA menunjukkan bottom line yang kurang memuaskan, Chris berpendapat bahwa MDKA masih menarik dengan adanya efisiensi ke depannya. Sebab laba yang tertekan itu dipicu beban-beban yang mayoritas meningkat.
Di sisi lain, Debt to Equity Ratio (DER) MDKA yang berada di level 81,41% dianggap dalam batas aman, sehingga likuiditasnya pun dinilai masih baik. DER tersebut menujukan modal MDKA masih lebih besar dibanding dengan utang yang dimilikinya.
Selain didorong oleh harga emas, sentimen positif MDKA lainnya adalah rencana pengelolaan tambang emas Gunung Pani. Mengutip website resmi MDKA, pada bulan Januari yang lalu MDKA dan PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) membentuk usaha patungan (Joint Venture) Pani.
Diperkirakan, proyek Pani ini mengandung sumber daya mineral 72,7 juta ton pada kadar emas 0,98 gram/ton untuk 2,3 juta ons emas. Adapun MDKA memiliki 66,7% saham dalam izin usaha pertambangan (IUP) Pani melalui PT Pani Bersama Jaya.
Baca Juga: Dibayangi sentimen negatif, berikut prediksi IHSG untuk perdagangan Senin (27/7)
Melihat berbagai sentimen positif MDKA di atas, Chris menyarankan buy saham MDKA dengan target harga Rp 2.000.
Sekadar informasi, pada penutupan perdagangan Jumat (24/7) saham MDKA berada di Rp 1.715 atau menguat 60,28% sejak awal tahun. Menurut Chris, kenaikan harga tersebut masih wajar, sebab dari sisi bisnisnya, MDKA memiliki masih memiliki potensi berkembang.
"Terlebih kemungkinan besar labanya juga akan naik sehingga ada adjustment dengan fundamentalnya. Nilainya masih tergolong wajar," tutup Chris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News