Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mirae Asset Sekuritas Indonesia memasukkan saham dua perbankan besar, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) ke dalam jajaran saham pilihan utama (top picks) untuk periode Juni 2021. Di sisi lain, Mirae Asset menggeser saham PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) dan saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) dari jajaran top picks bulan ini.
Analis Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya dan Emma A. Fauni menilai, saham BBRI tergolong atraktif, seiring laba BBRI yang diperkirakan akan terus pulih di kuartal mendatang.
Net Interest Margin (NIM)khusus untuk segmen bank meningkat 100 basis points (bps) menjadi 7% di kuartal pertama 2021. Realisasi ini jauh di atas panduan manajemen yang hanya 6,3% hingga akhir 2021.
Baca Juga: Empat saham Grup MNC menjawarai volume transaksi bursa hari ini
Hariyanto dan Emma menilai, terdapat potensi NIM 2021 BBRI dapat mengalahkan target dan pedoman manajemen. Hal ini karena BBRI telah mendorong adanya pertumbuhan dalam produk dengan hasil lebih tinggi, yaitu kredit mikro.
Sementara itu, saham BBNI dinilai menarik karena pertumbuhan earning per share (EPS) nya bisa menjadi yang tertinggi di sektor perbankan, meskipun pertumbuhan yang signifikan tersebut berasal dari efek dasar (low base) yang rendah. Pendapatan BBNI sepanjang empat bulan pertama 2021 berada di atas ekspektasi konsensus dengan rasio berjalan (run rate) sekitar 37%.
Saham tambang nikel juga masuk dalam radar Mirae Asset bulan ini. Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) misalnya, dinilai menjadi salah satu penerima manfaat dari menguatnya harga nikel, didukung oleh meningkatnya permintaan nikel dari peningkatan produksi baja dan baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Baca Juga: IHSG menguat tipis ke 6.069 pada Senin (7/6) meski volume transaksi jumbo
Selain ANTM, saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) juga dinilai menarik karena dampak negatif dari kegiatan pemeliharaan (maintenance) dalam dua bulan pertama 2021 yang telah mengurangi volume produksi pada kuartal pertama, telah tercermin dalam harga sahamnya.