Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Kompas100 mencetak kenaikan 1,22% sejak awal tahun hingga Jumat (9/8). Meski indeks ini naik, 10 saham berkinerja terburuk mencetak penurunan lebih dari 25% pada periode yang sama.
Kesepuluh saham tersebut adalah PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indah Kiat Pulp and Paper (INKP), PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Totalindo Eka Persada (TOPS), dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN).
Baca Juga: Laba tertekan, saham Medco Energi Internasional (MEDC) masih bisa jadi pilihan
Harga saham SMBR merosot 45,34% ke Rp 955 per saham secara year to date (ytd). Emiten ritel LPPF mencatat penurunan harga 41,61% ke Rp 3.270 per saham. Sedangkan emiten tambang pelat merah PTBA mencetak penurunan harga 40,93% ke Rp 2.540 per saham sejak awal tahun.
Harga saham INKP turun 38,74% ke Rp 7.075. Sedangkan penurunan harga saham BDMN mencapai 34,21% ke Rp 5.000 per saham secara year to date.
Harga saham CPIN tergerus 32,18% ke Rp 4.900 per saham. Emiten media SCMA mencatat penurunan harga 31,28% menjadi Rp 1.285 per saham.
Harga TOPS turun 29,53% ke Rp 585 per saham. Dua emiten poultry lainnya tercatat menjadi top losers selanjutnya. Saham MAIN turun harga hingga 27,6% menjadi Rp 1.010 per saham. Sedangkan harga saham JPFA turun 25,12% ke Rp 1.610 per saham.
Baca Juga: Kinerja emiten konsumer menarik, simak rekomendasi analis berikut
Meski demikian, beberapa dari emiten ini masih menunjukkan sinyal transisi kenaikan harga. Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, dari 10 saham tersebut hanya BDMN dan SMBR yang menunjukkan sinyal kenaikan harga. “Sementara yang lain belum ada sinyal yang jelas untuk kenaikan harga,” kata Sukarno, Sabtu (10/8).
Sukarno merekomendasikan mengakumulasi saham BDMN untuk jangka pendek. Selain itu, ia juga merekomendasikan buy on weakness untuk saham SMBR dan INKP. “Kalau yang lain masih riskan, belum ada sentimen positif yang bisa mendukung untuk naik,” lanjutnya.
Baca Juga: Simak rekomendasi analis untuk saham infrastruktur di tengah pelemahan yuan
Sementara itu, Analis Jasa Capital Utama Sekuritas Chris Apriliony merekomendasikan investor untuk mulai mengakumulasi saham SCMA dan PTBA. Berdasarkan catatan Kontan.co.id, sepanjang paruh pertama 2019 SCMA telah melakukan pembelian kembali (buyback) saham sebanyak 34,26 juta saham. Jumlah ini setara dengan 2,34% target buyback saham yang disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Sementara Chris menilai tertekannya saham PTBA lebih disebabkan oleh turunnya harga komoditas batubara, sehingga tidak hanya menekan PTBA tetapi juga emiten batubara lainnya. Meski demikian, harga acuan batubara per Agustus menunjukkan kenaikan sebesar 1,04% ke level US$ 72,67.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News