Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana terpantau naik di Juni 2023. Pertumbuhan AUM didorong dari jenis Exchanged Traded Fund (ETF) dan Index Fund.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ETF mencatatkan AUM sebesar Rp 14,54 triliun atau tumbuh 10,21% dari bulan sebelumnya (MoM) sebesar Rp 13,19 triliun. Sementara Index Fund tercatat sebesar Rp 12,34 triliun atau tumbuh 9,39% MoM.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, katalis pendorong kedua jenis tersebut adalah kebijakan The Fed yang sudah hampir menuju puncak dan inflasi yang sudah mulai teratasi. Hal tersebut membuat investor sudah mulai masuk kembali ke pada market saham dan market ETF.
Reza menilai, dengan terus bertumbuhnya jumlah dan varian dari indeks acuan yang ada di Indonesia, pasar ETF dapat terus berkembang. "ETF dapat menjadi instrumen diversifikasi dari investor-investor institusi dan retail, ETF juga memiliki karakteristik unik serta pengenaan biaya yang relatif rendah," ujar dia kepada Kontan.co.id, Kamis (13/7).
Baca Juga: Reksadana Indeks dan ETF Catat Pertumbuhan AUM Tertinggi di Juni, Ini Penyebabnya
Presiden dan CEO PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan, selaras dengan pertumbuhan industri, pihaknya juga mencatatkan pertumbuhan pada kedua jenis tersebut. Meskipun begitu, ia mengakui pertumbuhannya masih terbatas.
"Secara AUM pertumbuhan di reksadana ETF/Indeks ada kenaikan tetapi masih di bawah 5%," ujar Guntur.
Guntur menilai prospek kedua jenis tersebut masih positif didorong sejumlah faktor. Salah satunya pertumbuhan pasar modal karena memberikan potensi bagi reksadana indeks dan ETF untuk menghasilkan kinerja yang baik lantaran secara langsung mengikuti kinerja indeks yang mendasarinya.
Baca Juga: Manulife Aset: Pasar Obligasi dan Saham Indonesia Didukung Perekonomian Domestik
Selanjutnya, likuiditas yang meningkat di pasar modal Indonesia juga dapat menjadi faktor pendukung untuk reksadana indeks dan ETF. Menurutnya, likuiditas yang lebih tinggi memudahkan investor untuk membeli atau menjual unit reksadana dengan harga yang wajar sehingga meningkatkan daya tarik produk-produk tersebut.
Kemudian inklusi indeks global karena dapat meningkatkan minat investor asing untuk berinvestasi di saham-saham Indonesia. "Dengan meningkatnya partisipasi investor asing, reksadana indeks dan ETF dapat mengalami arus masuk modal yang lebih besar," kata dia.
Dengan prospek tersebut, Guntur bilang sedang berencana untuk meluncurkan kembali satu produk di semester II 2023. Adapun saat ini, Pinnacle Persada Investama memiliki 4 produk ETF/Indeks.
"Kami tengah melakukan evaluasi untuk menerbitkan 1 lagi di semester II 2023," pungkas Guntur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News