kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dana kelolaan industri reksadana bertambah Rp 1,99 triliun sepanjang April 2021


Selasa, 11 Mei 2021 / 10:35 WIB
Dana kelolaan industri reksadana bertambah Rp 1,99 triliun sepanjang April 2021
ILUSTRASI. dana kelolaan industri reksadana naik di bulan April 2021


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan atau assets under management (AUM) industri reksadana tercatat naik dalam sebulan terakhir. Berdasarkan data Infovesta Utama, AUM industri reksadana bertambah Rp 1,99 triliun sepanjang bulan April 2021

Alhasil, dana kelolaan industri reksadana hingga akhir bulan lalu sebesar Rp 543,126 triliun dari yang sebelumnya hanya Rp 541,27 triliun per Maret. 

Kendati mengalami kenaikan dana kelolaan, jumlah unit penyertaan (UP) industri reksadana justru tercatat mengalami penurunan. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan, total UP pada April hanya sebesar 430.82 miliar unit. Jumlah tersebut turun dari 433,56 miliar unit pada Maret silam.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, penurunan tersebut bukan mengindikasikan adanya penurunan minat terhadap instrumen reksadana.

Ia menjelaskan, penurunan UP disebabkan adanya produk reksadana terproteksi yang jatuh tempo, namun belum ada penggantinya.  Sementara pada produk reksadana terbuka, ia melihatnya justru ada aksi net subscription yang tercermin dari kenaikan dana kelolaan.

Baca Juga: Reksadana pendapatan tetap catatkan kinerja paling apik dalam sepekan terakhir

“Sekarang memang jadi periode yang sulit bagi reksadana terproteksi seiring penerbitan obligasi korporasi yang dijadikan sebagai underlying asset juga masih belum kembali normal. Ditambah lagi, ada wacana pemerintah mengurangi pajak obligasi dari 15% menjadi 10%, ini bisa mengancam peminat reksadana terproteksi, sehingga MI juga menahan diri terlebih dahulu,” jelas dia kepada Kontan.co.id, Senin (10/5)

Dari seluruh jenis reksadana, reksadana berbasis saham berhasil catatkan kenaikan paling tinggi. Reksadana campuran tercatat mengalami kenaikan 2,83% menjadi Rp 25,36 triliun. Sementara AUMreksadana saham berhasil tumbuh sebesar 2,78% menjadi Rp 123,21 triliun.

Kemudian, terdapat reksadana pasar uang yang berhasil catatkan kenaikan sebesar 1,99% secara bulanan menjadi Rp 92,41 triliun. Lalu, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap juga berhasil tumbuh 1,00% menjadi Rp 129,16 triliun pada April kemarin. 

Sementara untuk reksadana terproteksi tercatat turun 2,62% dari Rp 134,57 triliun menjadi Rp 131,17 triliun. Koreksi yang terjadi pada dana kelolaan reksadana terproteksi bahkan sudah terjadi selama delapan bulan terakhir.  

Sementara Wawan melihat, pada sisa kuartal II-2021 ini, reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang masih akan membukukan kinerja paling baik. Menurutnya, kondisi pasar obligasi, sudah sangat membaik seiring yield US Treasury sudah stabil.

Di satu sisi, yield SUN tenor 10 tahun yang berada di level 6,4% itu dinilai murah karena ia melihat valuasi wajarnya berada di bawah 6%.

Sedangkan untuk IHSG, ia melihat pergerakannya masih cenderung flat karena pertumbuhan ekonomi negatif untuk kuartal I-2021. Dari global, ledakan kasus Covid-19 di India yang dikhawatirkan masuk ke Indonesia turut menjadi sentimen negatif,” imbuh Wawan.

“Namun, ketika pertumbuhan ekonomi mulai membaik di paruh kedua tahun ini, IHSG akan berangsur naik. Apalagi ketika program vaksinasi sudah lebih optimal dan kasus aktif Covid-19 bisa semakin dikendalikan. Kuartal III-2021 akan jadi momen bangkitnya reksadana saham,” terang Wawan.

Baca Juga: Imbal hasil reksadana saham pada tahun ini diprediksi ada di kisaran 12%-20%

Wawan masih optimistis target dana kelolaan industri reksadana pada akhir tahun nanti masih akan bisa menyentuh Rp 600 triliun. Tetapi, ia tidak menampik, ada potensi target tersebut perlu direvisi ketika pajak untuk obligasi dari 15% jadi 10% resmi diberlakukan.

“Implementasi insentif tersebut akan membuat reksadana terproteksi tidak menarik lagi, dan ini bisa membuat proyeksi kami akan meleset. Walaupun pertumbuhan investor ritel terus meningkat, tetap saja agak kewalahan untuk menutup porsi yang ditinggalkan investor dari reksadana terproteksi,” tutup Wawan.

Selanjutnya: Hingga April 2021, return unitlink pendapatan tetap paling tinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×