Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
Sementara Wawan melihat, pada sisa kuartal II-2021 ini, reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang masih akan membukukan kinerja paling baik. Menurutnya, kondisi pasar obligasi, sudah sangat membaik seiring yield US Treasury sudah stabil.
Di satu sisi, yield SUN tenor 10 tahun yang berada di level 6,4% itu dinilai murah karena ia melihat valuasi wajarnya berada di bawah 6%.
Sedangkan untuk IHSG, ia melihat pergerakannya masih cenderung flat karena pertumbuhan ekonomi negatif untuk kuartal I-2021. Dari global, ledakan kasus Covid-19 di India yang dikhawatirkan masuk ke Indonesia turut menjadi sentimen negatif,” imbuh Wawan.
“Namun, ketika pertumbuhan ekonomi mulai membaik di paruh kedua tahun ini, IHSG akan berangsur naik. Apalagi ketika program vaksinasi sudah lebih optimal dan kasus aktif Covid-19 bisa semakin dikendalikan. Kuartal III-2021 akan jadi momen bangkitnya reksadana saham,” terang Wawan.
Baca Juga: Imbal hasil reksadana saham pada tahun ini diprediksi ada di kisaran 12%-20%
Wawan masih optimistis target dana kelolaan industri reksadana pada akhir tahun nanti masih akan bisa menyentuh Rp 600 triliun. Tetapi, ia tidak menampik, ada potensi target tersebut perlu direvisi ketika pajak untuk obligasi dari 15% jadi 10% resmi diberlakukan.
“Implementasi insentif tersebut akan membuat reksadana terproteksi tidak menarik lagi, dan ini bisa membuat proyeksi kami akan meleset. Walaupun pertumbuhan investor ritel terus meningkat, tetap saja agak kewalahan untuk menutup porsi yang ditinggalkan investor dari reksadana terproteksi,” tutup Wawan.
Selanjutnya: Hingga April 2021, return unitlink pendapatan tetap paling tinggi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News