Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada pekan lalu, Badan Pusat Statistik resmi mengumumkan Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal I-2021 mengalami kontraksi 0,74% secara year on year (YOY) dan -0,96% secara quarter on quarter (QoQ).
Hal ini menandakan bahwa ekonomi Indonesia belum keluar dari zona resesi yang sejalan dengan proyeksi pemerintah di kisaran -0,6% sampai -0,9% dan telah mengalami kontraksi selama empat kuartal berturut-turut.
Di sisi lain, tingkat inflasi pada bulan April 2021 flat di level 0,08% secara month on month (MoM). Sementara secara YoY tercatat ada di level 2,67% atau naik hampir dua kali lipatnya dari Maret yaitu 1,37%. Hal ini menandakan bahwa konsumsi domestik secara bulanan masih tertahan.
Infovesta Utama dalam riset mingguannya pada Senin (10/5) mengatakan dengan data ekonomi yang beragam, maka ekonomi Indonesia sendiri mulai pulih dan masih optimistis pada kuartal II-2021
Baca Juga: Imbal hasil reksadana saham pada tahun ini diprediksi ada di kisaran 12%-20% .
Namun, perlu adanya penyesuaian terhadap ekspektasi pemulihan ekonomi yang berpotensi lebih lambat karena masih terdapat ragam ketidakpastian terutama terkait kasus Covid-19 di Indonesia maupun global yang memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian global.
Dengan adanya rilis data ekonomi serta sentimen ketidakpastian akibat kasus Covid-19, kinerja reksadana berbasis pendapatan tetap melalui Infovesta Fixed Income Fund Index mencatatkan penguatan tertinggi sebesar 0,34% sepanjang pekan lalu. Penguatan ini didukung oleh arus capital inflow dari investor asing di SBN sepanjang bulan Mei sebesar Rp 480 miliar.
“Meskipun demikian, pasar obligasi Indonesia sendiri masih dibayangi kekhawatiran peningkatan inflasi di Amerika Serikat (AS). Pasalnya, hal tersebut berpotensi memicu kenaikan imbal hasil obligasi AS sehingga menekan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan kembali membawa indikator risiko Indonesia (CDS) ke level yang lebih tinggi,” tulis Infovesta Utama dalam risetnya.
Sedangkan, penurunan kinerja terdalam dialami oleh reksadana berbasis saham yang turun sebesar 0,73% seperti yang tercermin pada Infovesta Equity Fund Index. Infovesta Utama menyebut pelemahan ini disebabkan oleh kinerja pasar saham yang tertekan seiring IHSG yang terkoreksi 1,12%.
Namun di sisi lain, tekanan tersebut justru menarik investor asing untuk masuk kembali ke pasar saham Indonesia. Sepanjang pekan lalu, investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 1,03 triliun.
Baca Juga: Dana kelolaan industri reksadana catatkan kenaikan pada April 2021
Tekanan yang terjadi pada pasar saham diperkirakan masih akan berlanjut dalam jangka pendek. Perkembangan kasus Covid-19 dan libur hari raya Idul Fitri berpotensi menjadi katalis negatif yang menekan pasar.
“Mengingat bahwa masih ada ekspektasi positif terkait pertumbuhan ekonomi seperti yang sudah diulas di atas, maka momen penurunan pasar ini dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan average down sambil mengamati perkembangan ekonomi Indonesia lebih lanjut,” tutup Infovesta Utama.
Selanjutnya: Valuasi tengah murah, reksadana berbasis saham jadi incaran investor bulan lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News