kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Dana kelolaan (AUM) industri reksadana turun Rp 13,9 triliun di September


Sabtu, 10 Oktober 2020 / 07:47 WIB
Dana kelolaan (AUM) industri reksadana turun Rp 13,9 triliun di September
ILUSTRASI. Ilustrasi reksadana


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang kembali diperpanjang memberi sentimen negatif pada kinerja pasar saham maupun obligasi di pasar dalam negeri. Dampaknya, sentimen tersebut juga menjadi sinyal bagi investor untuk menarik dana investasinya di reksadana. 

Berdasarkan data Infovesta Utama, di sepanjang September lalu, assets under management (AUM) atawa dana kelolaan industri reksadana yang tidak termasuk reksadana berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) dan reksadana penyertaan terbatas, turun Rp 13,9 triliun menjadi Rp 495,2 triliun. Tercatat penurunan AUM terjadi pada seluruh jenis reksadana. 

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, penyebab utama turunnya AUM industri reksadana adalah PSBB yang kembali diperpanjang di September. "Baik pasar saham maupun obligasi terkoreksi setelah PSBB yang lebih ketat diperpanjang," kata dia, Jumat (9/10). 

Baca Juga: Market share lebih luas jadi keunggulan obligasi berdenominasi dolar AS

Situasi pasar keuangan yang tidak menentu ujungnya juga membuat AUM reksadana pasar uang ikut menurun, meski secara kinerja reksadana ini tetap tumbuh stabil. 

"Wajar reksadana pasar uang ikut menurun karena PSBB diperpanjang membuat investor lebih membutuhkan dana kas lebih banyak dan reksadana pasar uang jadi instrumen yang lebih dulu dicairkan," lanjut Wawan. 

Namun, dia memperhatikan penurunan AUM reksadana beraset saham dan obligasi bukan terjadi hanya karena investor melakukan penjualan (redeem), melainkan karena kinerja aset yang menurun.  "Sepanjang tahun ini industri reksadana masih catatkan net subscription, redeem ada tetapi tidak signifikan," jelas Wawan. 

Tercatat, reksadana exchange traded fund (ETF) menjadi reksadana yang dana kelolaannya menurun paling dalam diantara reksadana beraset saham. Wawan mengatakan penurunan dana kelolaan reksadana ETF jadi yang paling dalam, diperkirakan karena investor reksadana tersebut pesimistis pada pertumbuhan indeks yang dijadikan acuan reksadana ETF tersebut. 

Wawan memproyeksikan dana kelolaan industri reksadana baru bisa kembali meningkat di Desember. Wawan pesimistis dana kelolaan industri reksadana membaik dalam waktu dekat karena demo penolakan Undang-Undang Cipta Kerja berpotensi meningkatkan kurva Covid-19. 

Skenario terburuk adalah PSBB akan terus diperpanjang. Alhasil harapan sentimen positif hanya datang dari pengadaan vaksin yang bila tidak aral melintang baru di akhir pekan akan benar-benar bisa didistribusikan di Indonesia. 

Baca Juga: Ketidakpastian meningkat, alokasi portofolio dana pensiun perlu didiversifikasi

Alhasil, Wawan memproyeksikan dana kelolaan industri reksadana paling tinggi tumbuh ke Rp 510 triliun-Rp 520 triliun di akhir tahun ini.

Selanjutnya: Diversifikasi portofolio dengan ORI018 untuk menghadapi volatilitas pasar keuangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×